Dibalik manisnya Bubur Sumsum, Ternyata Memiliki Makna Filosofi dalam Tradisi Jawa

Dibalik manisnya Bubur Sumsum, Ternyata Memiliki Makna Filosofi dalam Tradisi Jawa

-Dibalik manisnya Bubur Sumsum, Ternyata Memiliki Makna Filosofi dalam Tradisi Jawa--Tangkapanlayar-Ig-bundnina_kitchen

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Bubur sumsum atau yang dikenal sebagai jenang sumsum di kalangan masyarakat Jawa tidak hanya sekadar hidangan lezat, namun juga mengandung filosofi yang dalam.

Bubur Sumsum terbuat dari tepung beras dengan kuah air gula Jawa, atau yang disebut juruh.

Tradisi pemberian bubur sumsum bukanlah hal yang asing di Jawa, terutama saat ada acara hajatan seperti pernikahan atau khitan.

Tuan rumah hajatan akan menyajikan bubur sumsum untuk anggota keluarga dan juga kepada para tetangga yang telah turut serta membantu suksesnya acara tersebut.

BACA JUGA:‘Seruit’ Makanan Khas Lampung yang Menggoda Selera, Bukan Sekedar Soal Rasa Tapi Lebih dari Itu

Tujuan dari pemberian bubur sumsum tidak hanya untuk mengembalikan tenaga, tetapi juga sebagai bentuk syukur karena acara berjalan dengan lancar.

Sikap gotong royong dan saling membantu antar tetangga menjadi bagian integral dari budaya ini, dan sebagai ungkapan terima kasih, tuan rumah memberikan semangkuk bubur sumsum yang manis.

Ternyata, tradisi membagikan bubur sumsum ini tidak hanya merupakan kebiasaan semata, melainkan sarat akan filosofi.

Bubur sumsum memiliki dua elemen utama, yaitu warna putih dari buburnya dan rasa manis dari kuah atau juruh.

BACA JUGA:Rahasia Dapur Mewah, Bagaimana Edible Gold Menjadi Bintang Dapur

Warna putih pada bubur sumsum melambangkan kebersihan hati, pikiran, atau tubuh yang kembali segar.

Sementara itu, rasa manis mencerminkan kesejahteraan, rasa terima kasih, keindahan hidup, dan kebahagiaan.

Bubur sumsum tidak hanya diartikan sebagai sajian lezat, tetapi juga sebagai makanan yang membawa kekuatan dan mempererat kedekatan dalam masyarakat.

Selagi rasa manisnya mampu memberikan kekuatan pada tubuh dan menghilangkan lelah, tradisi memakannya bersama-sama dengan banyak orang juga untuk menjaga jalinan silaturahmi antar sesama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber