Strategi Menekan Harga Mobil Listrik, Hilirisasi Nikel hingga Pemilihan Teknologi Baterai

PALTV.CO.ID, - Pengamat ekonomi menilai bahwa kebijakan hilirisasi nikel harus terus diperkuat agar industri kendaraan listrik di dalam negeri bisa memanfaatkan sumber daya tersebut secara maksimal.

Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank, mengungkapkan bahwa meskipun Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel untuk menarik investasi smelter ke dalam negeri, mayoritas produsen kendaraan listrik yang beroperasi di Indonesia justru memilih baterai LFP.

Padahal, baterai NMC yang berbasis nikel dapat memberikan nilai tambah bagi industri lokal serta mendukung upaya menekan harga kendaraan listrik.

Menurutnya, kebijakan hilirisasi nikel harus tetap diperkuat agar industri kendaraan listrik yang menggunakan baterai NMC dapat berkembang di dalam negeri.

BACA JUGA: Jelang Ramadhan, Wakil Walikota Palembang Temukan Harga Pangan Melonjak!

BACA JUGA:Usai Diperiksa Kejari, Sekretaris PMI Palembang Pilih Bungkam, Ada Apa?

Dengan begitu, penggunaan nikel lokal bisa lebih optimal dan memberikan dampak positif terhadap harga mobil listrik yang menggunakan baterai jenis ini.

Pengamat ekonomi menilai bahwa kebijakan hilirisasi nikel harus terus diperkuat--ilustrasi pribadi

Sejauh ini, mayoritas pabrik China di Indonesia lebih memilih LFP untuk kendaraan listrik yang dipasarkan.

Rentang harga mobil listrik dengan baterai LFP saat ini berada di kisaran Rp 179 jutaan hingga Rp 400 jutaan, dengan daya jelajah yang cukup kompetitif.

Sebagai contoh, Wuling Air ev dan BinguoEV menggunakan baterai berkapasitas antara 17,3 kWh hingga 37,9 kWh, memungkinkan kendaraan ini menempuh jarak 300 km hingga 400 km dalam satu kali pengisian daya.

BACA JUGA:Usai Diperiksa Kejari, Sekretaris PMI Palembang Pilih Bungkam, Ada Apa?

BACA JUGA:PALTV Audiensi dengan Bank Indonesia Sumsel, Bahas Kerja Sama Edukasi untuk Masyarakat

Harga mobil listrik di Indonesia masih menjadi tantangan utama dalam percepatan adopsinya.

Sumber: berbagai sumber