Strategi Menekan Harga Mobil Listrik, Hilirisasi Nikel hingga Pemilihan Teknologi Baterai

Meski pemerintah telah memberikan berbagai insentif, harga kendaraan listrik di pasaran masih terbilang tinggi, terutama bagi model yang menggunakan baterai lithium-ion NMC (Nickel Manganese Cobalt).

Sebaliknya, mobil listrik dari produsen Tiongkok yang menggunakan baterai LFP (Lithium Iron Phosphate) bisa ditawarkan dengan harga lebih kompetitif.

Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan baterai LFP semakin populer di industri otomotif, terutama karena faktor keamanan dan efisiensi biaya produksi.

BACA JUGA:Jembatan Enim II Terancam Ambruk, BBPJN Sumsel Evaluasi Angkutan Tonase Besar

BACA JUGA:Ratusan Siswa Al Fatih Ikuti Pawai Jelang Bulan Ramadhan

Merek-merek asal China seperti Wuling dan Chery memilih LFP untuk produk-produk mereka yang dipasarkan di Indonesia.

Berbeda dengan produsen lain seperti Hyundai yang masih mengandalkan baterai NMC pada model seperti Ioniq 5 dan New Kona Electric.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap harga mobil listrik adalah ketersediaan bahan baku baterai.

Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia memiliki peluang besar untuk menekan harga baterai lithium-ion NMC jika hilirisasi nikel terus dikembangkan.

BACA JUGA:Polda Sumsel Berikan Pembinaan Pencegahan Radikalisme dan Intoleransi untuk Personel

BACA JUGA:Hitung Kerugian Negara, Kejari Muara Enim dan BPKP Cek Proyek Siring Jalan Bukit Pulau Panggung - Muara Danau

Chery Omoda E5 juga mengadopsi baterai LFP berkapasitas 61 kWh yang mampu menempuh jarak serupa.

baterai NMC yang berbasis nikel dapat memberikan nilai tambah bagi industri lokal --ilustrasi pribadi

Pemilihan teknologi baterai memang menjadi salah satu faktor kunci dalam menentukan harga kendaraan listrik.

Baterai NMC memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dibandingkan LFP, sehingga lebih cocok untuk kendaraan dengan daya jelajah yang lebih jauh.

Sumber: berbagai sumber