Mengenang Sosok KH Zainuddin MZ: Sepeda Ontel dan Amplop Kosong

Mengenang Sosok KH Zainuddin MZ: Sepeda Ontel dan Amplop Kosong.--instagram/@ceramahkhzainuddinmz
BACA JUGA:Fenomena Hikikomori Bisa Mengancam Perekonomian Jepang
BACA JUGA:Ringkasan Bab 9 Buku Think And Grow Rich: Keputusan Pembelajaran Tentang Prokrastinasi
Buku-buku tentang hadis, seperti Shahih Bukhari dan berbagai Kitab Sirah Nabawiyah, juga tersusun rapi. Selain membaca buku, Zainuddin juga memantau isu-isu nasional yang menarik perhatian masyarakat. Semua ini menjadi materi ceramahnya.
Gaya berpidatonya memiliki ciri khas. Dia menggunakan suara keras yang mengingatkan pada gaya berbicara Bung Karno saat berceramah. Isi ceramahnya dipenuhi dengan pengetahuan Islam yang dia peroleh dari KH Idham Chalid serta berbagai kitab-kitab.
Tidak jarang dia menyisipkan humor khas Betawi dalam ceramahnya. Inilah gaya berpidato ala KH Zainuddin MZ. Aktivitas ceramahnya berkembang dari yang hanya di mushala dengan beberapa puluh jamaah hingga ceramah besar dengan ratusan bahkan ribuan jamaah.
Fikri juga mengingat masa-masa awal ketika ayahnya masih menggunakan sepeda tua untuk pergi ke tempat ceramah. Dia bahkan pernah diajak oleh ayahnya naik di jok belakang sepeda. Ayahnya mengenakan sarung, baju koko putih, dan peci hitam. Fikri membawa tas yang berisi kitab dan serban.
Hampir sampai di tempat tujuan, kata Fikri, ayahnya tiba-tiba berhenti dan turun dari sepeda. Ternyata di depan mereka ada genangan air setinggi lutut orang dewasa. Sepeda ditinggalkan di pinggir jalan. Fikri, yang waktu itu masih berusia enam tahun, kemudian diangkat oleh ayahnya dengan tangan kanan.
Sementara itu, tangan kiri ayahnya mengangkat sarung hingga di atas lutut. Dengan begini, sang kiai berjalan melalui genangan air selama sekitar 10 meter. Setelah itu, dia memberikan ceramah kepada puluhan jamaah yang hadir.
Mulai tahun 1977, penampilan KH Zainuddin MZ mengalami perubahan. Sepedanya diganti dengan motor Vespa. Wilayah ceramahnya semakin meluas, mencakup wilayah Jakarta Utara. Dua tahun kemudian, daerah dakwahnya meluas hingga ke Cirebon, Jawa Barat.
Sepeda motor tidak lagi menjadi pilihan utama transportasi. Dia memutuskan untuk membeli mobil Honda Civic. Namun, Zainuddin selalu mengemudikan mobilnya sendiri.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber