Gaya Hidup Hikikomori Pacu Krisis Populasi di Jepang, Benarkah?

Gaya Hidup Hikikomori Pacu Krisis Populasi di Jepang, Benarkah?

Gaya Hidup Hikikomori Pacu Krisis Populasi di Jepang, Benarkah? --Youtube/@Sean and Oreo

PALEMBANG, PALTV.CO.ID- Banyak orang Jepang yang memiliki gaya hidup unik yang memilih hidup tertutup, mengurung diri di dalam tembok rumah. Ini disebut hikikomori. Hampir 1,5 juta warga memilih cara hidup ini.

Menurut survei pemerintah yang dilakukan oleh Children and Family Institute pada November 2022, masalah ini memang sudah ada sejak beberapa dekade terakhir, namun COVID-19 justru memperburuknya.

Survei nasional menemukan bahwa dari 12.249 responden, sekitar 2% orang berusia 15-64 mengidentifikasi diri mereka sebagai hikikomori, sedangkan sisanya berusia antara 15 dan 39 tahun.

Dengan persentase ini diterapkan pada total populasi Jepang, diperkirakan ada 1,46 juta pertapa sosial di negara tersebut.

BACA JUGA:Pantai Pulau Maspari, Keindahan yang Terbayang di Ogan Komering Ilir

BACA JUGA:Pengaruh Konsumsi Nasi Goreng di Pagi, Siang dan Malam Hari serta Tips untuk Kandungan Gizi yang Tinggi

Alasan umum orang menggunakan jarak sosial termasuk kehamilan, kehilangan pekerjaan, sakit, pensiun, dan hubungan interpersonal yang buruk.

Namun alasan utamanya adalah karena COVID-19, dengan lebih dari seperlima responden menyebut pandemi sebagai faktor utama dalam gaya hidup tertutup mereka.

Sebagai fenomena sosial di Jepang, hikikomori dinilai berpotensi berdampak pada krisis demografi Jepang. Kelahiran di Jepang turun ke rekor tertinggi baru tahun lalu, jatuh di bawah 800.000 untuk pertama kalinya - delapan tahun lebih awal dari perkiraan pemerintah, menurut perkiraan resmi.

Situasi tersebut menjadi perhatian pejabat Jepang karena potensi penurunan populasi lebih lanjut di negara dengan usia rata-rata warga 49 tahun, tertinggi di dunia setelah kota kecil Monaco.

"Negara kita sedang menghadapi apakah dapat mempertahankan fungsi sosialnya," kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dalam pidato politik pada pembukaan parlemen tahun ini.

BACA JUGA:Menyingkap Keindahan dan Sejarah 7 Kota Tertua Indonesia

BACA JUGA:Vonis Penjara 20 Tahun Terdakwa Kurir Sabu 115 Kg Lolos Tuntutan Pidana Mati, Kejati Sumsel Nyatakan Banding

Kishida berjanji untuk mengambil tindakan segera untuk mengatasi penurunan angka kelahiran di negara itu. "Sekarang atau tidak sama sekali dalam hal kebijakan melahirkan dan mengasuh anak - ini adalah masalah yang tidak bisa menunggu," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber