Tottenham Kutuk Pelaku Rasisme terhadap Mathys Tel, Sebut sebagai “Pengecut”

Tottenham Kutuk Pelaku Rasisme terhadap Mathys Tel, Sebut sebagai “Pengecut”

orang-orang yang mengirimkan pesan bernada rasis kepada Tel di media sosial hanyalah “pengecut sejati”.--ig@tottenham

PALTV.CO.ID,- Ajang Piala Super UEFA  menorehkan kekalahan Tottenham Hotspur dari Paris Saint Germain.

Dalam laga tersebut, Spurs harus menyerah 4-3 lewat adu penalti setelah sempat unggul dua gol. Klub menegaskan bahwa orang-orang yang mengirimkan pesan bernada rasis kepada Tel di media sosial hanyalah “pengecut sejati”.

 Mathys Tel  menjadi salah satu dari dua eksekutor Spurs yang gagal dalam adu tos-tosan.

Namun, mereka yang mencaci maki secara rasis hanyalah pengecut yang bersembunyi di balik akun anonim untuk menyebarkan pandangan menjijikkan,” tulis pernyataan resmi klub.

Tottenham menegaskan akan bekerja sama dengan pihak berwenang dan platform media sosial untuk mengambil tindakan paling tegas terhadap siapapun yang bisa diidentifikasi. “Kami mendukungmu, Mathys,” tutup pernyataan tersebut.

BACA JUGA:Heboh di Luar Negeri? Mobil Listrik Karya Anak Bangsa Resmi Go Internasional!

BACA JUGA:Oppo Resmi Rilis K13 Turbo Berpendingin Bawaan dan Baterai Super Besar 7000 mAh

Sikap tegas Spurs ini datang tak lama setelah bek timnas Inggris, Jess Carter, mengungkap dirinya juga menjadi korban rasisme saat Euro 2025 bulan lalu.


Mathys Tel menjadi salah satu dari dua eksekutor Spurs yang gagal dalam adu tos-tosan.--

Akibat kasus tersebut, para pemain Lionesses memutuskan berhenti melakukan aksi berlutut sebelum pertandingan, karena merasa sepak bola perlu mencari cara baru dalam memerangi rasisme.

Pada Selasa lalu, Carter mengungkap kekhawatirannya bahwa rekan setimnya, Lauren James, akan menerima gelombang rasisme yang sangat besar jika ia menjadi satu-satunya penendang yang gagal dalam adu penalti perempat final Euro melawan Swedia.

Fenomena serupa juga terjadi di dunia tenis.


Ajang Piala Super UEFA menorehkan kekalahan Tottenham Hotspur dari Paris Saint Germain.--

Pada Juni lalu, sejumlah petenis termasuk Katie Boulter mendesak platform media sosial untuk bertindak lebih tegas melawan pelecehan daring. Boulter mengaku, menerima pesan kebencian dan ancaman kematian sudah menjadi “hal yang biasa” bagi para atlet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber