Mengenal Kintsugi, Seni Reparasi Tradisional Jepang Nan Filosofis

Mengenal Kintsugi, Seni Reparasi Tradisional Jepang Nan Filosofis

Kintsugi, seni reparasi Jepang nan filosofis.--freepik.com/@ededchechine

Sesudah permukaan kering, barulah sela garis pecahan diberi pernis basah dan dilukis dengan bubuk halus dari logam berharga seperti emas, perak, atau logam lain.

Hasilnya akhirnya, barang keramik kembali menyatu dan akan memunculkan retakan atau guratan emas yang unik dari garis pecahan.

Selain menghasilkan karya seni yang indah dengan gurat luka emas, Kintsugi juga membawa nilai estetika yang baru pada barang rusak tadi.

BACA JUGA:Asal Usul Pulau Kemaro, Kisah Legenda Cinta Putra Raja Tionghoa dengan Siti Fatimah

BACA JUGA:Menengok Suku Ogan di Sumsel dengan Tradisi Pernikahan Unik

Setelah waktu berkembang, Kintsugi tidak hanya digunakan pada perbaikan keramik atau tembikar, tapi juga menjadi bentuk pengekspresian seni lewat berbagai media.

Seniman masa sekarang juga memakai teknik Kintsugi ke patung, furniture, bahkan media kain. Ini karena pendekatan Kintsugi yang merangkul sifat tidak sempurna dan menjadikannya indah.

Tidak hanya sejarah dan keindahan seni yang unik, filosofi Kintsugi juga diserap ke dalam hidup, yakni bahwasanya pecah dan kerusakan adalah bagian dari diri sebuah objek, dan ketidaksempurnaan bukan berarti dibuang atau disembunyikan. Kintsugi menjadi bentuk menghargai bagian tidak sempurna sebagai suatu kesatuan. 

Sekarang, Kintsugi mengajarkan kekuatan, indahnya tidak sempurna, dan menjadi metafor hidup bahwa kerusakan perlu dirangkul dan seseorang akan tetap berharga bagaimanapun bentuk lukanya.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber