Ancaman Resesi di Amerika Serikat, Peluang Positif bagi Bursa dan Pasar Keuangan Indonesia

Ancaman Resesi di Amerika Serikat, Peluang Positif bagi Bursa dan Pasar Keuangan Indonesia

Peluang positif bagi bursa dan pasar uang Indonesia di kala Amerika Serikat terancam resesi.--freepik.com/@rawpixel.com

PALTV.CO.ID - Tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari perkiraan menjadi pertanda kemungkinan resesi.

Namun kemungkinan resesi ini bisa membawa dampak positif bagi pasar keuangan, termasuk di Indonesia.

Data terbaru menunjukkan tingkat pengangguran AS pada bulan Juli meningkat menjadi 4,3 persen, melebihi proyeksi 4,1 persen.

Kenaikan ini menyebabkan reaksi negatif di pasar saham global, dengan indeks Nikkei Jepang mengalami penurunan terbesar, turun 13,34 persen, yang merupakan penurunan terburuk sejak tahun 1987.

BACA JUGA:Bisnis Rokok Ilegal Kian Meningat, Ternyata Ini Penyebabnya

BACA JUGA:Harga BBM Non Subsidi Pertamina Naik per 2 Agustus, Pertamax Tetap Tidak Berubah

Sementara itu, di AS, indeks Dow Jones, Nasdaq, dan S&P masing-masing turun 2,6 persen, 3,43 persen, dan 3 persen.

Dengan kondisi ekonomi yang semakin memburuk dan ancaman resesi yang nyata, ada dorongan untuk Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuannya.

Suku bunga yang tinggi dianggap menghambat pertumbuhan ekonomi. Jeremey Siegel dari Wharton School mengusulkan agar The Fed melakukan pemotongan darurat sebesar 75 basis poin, mengingat data pekerjaan yang mengecewakan.

Saat ini, suku bunga dana The Fed berada pada kisaran 5,25 persen -5,5 persen, dan Siegel menyarankan agar diturunkan ke kisaran 3,5 persen-4 persen.

BACA JUGA: Inflasi Turun Siginifikan, Palembang Tetap Diminta Waspada

BACA JUGA:Tingginya Inflasi di Bidang Medis, Akankah Premi Asuransi Naik ?


Kenaikan tingkat pengangguran di Amerika Serikat menyebabkan reaksi negatif di pasar saham global.--freepik.com/@wirestock

Siegel berpendapat bahwa tindakan cepat diperlukan, dan jika tidak ada pemotongan sebelum pertemuan The Fed di bulan September, pasar akan bereaksi negatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber