Yuk, Kenali Manfaat dan Panduan Diet Ketogenik untuk Epilepsi
Yuk, Kenali Manfaat dan Panduan Diet Ketogenik untuk Epilepsi-freepik-freepik
Karena diet ini rendah karbohidrat, penderita tidak dianjurkan mengonsumsi nasi, pasta, roti, kentang, atau jagung. Beberapa makanan tinggi lemak yang dianjurkan termasuk sosis, ikan, keju, daging, mentega, sayuran berserat, heavy whipping cream, minyak kanola atau zaitun, dan lainnya.
Diet ketogenik sering diterapkan pada anak-anak atau bayi dengan epilepsi, dan harus dilakukan di bawah pengawasan ahli gizi untuk menentukan makanan yang aman, terutama jika ada alergi makanan.
Awalnya, dokter mungkin meminta pasien untuk berpuasa (kecuali air mineral) selama 18-24 jam. Diet dimulai dengan peningkatan kalori dan rasio makanan secara bertahap. Selama 48 jam pertama, kadar gula darah pasien dipantau ketat untuk menghindari hipoglikemia. Dokter atau ahli gizi juga akan menyiapkan kebutuhan suplemen.
BACA JUGA: Meningkatkan Profil Belajar Pancasila, SMP Negeri 34 Palembang Gelar Seminar Jurnalistik
Efektivitas Diet Keto untuk Epilepsi
Mekanisme pasti bagaimana diet ketogenik bekerja untuk epilepsi belum sepenuhnya dipahami. Namun, diduga bahwa perubahan metabolisme dalam darah dan cairan serebrospinal selama diet dapat mengurangi kejang. Selain itu, zat keton yang dihasilkan mungkin membantu menormalkan aktivitas listrik di otak.
Menurut jurnal "Ketogenic Diet and Epilepsy: What We Know So Far", sekitar 70% pasien epilepsi mendapatkan manfaat dari diet keto, termasuk pengurangan frekuensi kejang. Meski begitu, pasien tetap disarankan untuk minum obat antiepilepsi. Setelah satu bulan, efektivitas diet akan dievaluasi untuk menentukan apakah dosis atau jenis obat perlu disesuaikan.
Efek Samping Diet Ketogenik untuk Epilepsi
Pasien yang baru memulai diet ketogenik mungkin merasa lesu selama beberapa hari pertama, yang bisa memburuk jika mereka sedang sakit. Meskipun sakit, pasien harus tetap mengonsumsi makanan bebas karbohidrat. Beberapa efek samping diet ketogenik termasuk:
• Penurunan kepadatan tulang yang meningkatkan risiko patah tulang.
• Peningkatan kadar kolesterol.
• Sembelit.
• Flu keto (kelelahan, sakit kepala, pusing, dan sakit perut).
• Penurunan berat badan.
• Risiko batu ginjal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: