Mengubah Stigma Negatif Lembah Tengkorak dalam Pertanian Bawang Merah

Mengubah Stigma Negatif

Selain meningkatkan produksi dan ekspor, proyek ini juga bertujuan untuk mengubah stigma negatif terkait pertanian bawang merah di Lembah Gumanti. Sebelumnya, daerah Solok dianggap sebagai "lembah tengkorak" karena tingginya penggunaan pestisida kimia berbahaya.

BACA JUGA:Kenaikan UMP Buruh di Sumsel Hanya Rp52 Ribu

Dengan adanya proyek kampung hortikultura, diharapkan pertanian bawang merah dapat menjadi lebih berkelanjutan dan aman bagi masyarakat serta lingkungan.

Kementan telah memberikan bantuan berupa pengendali organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang ramah lingkungan, seperti pestisida biologi, feromon sex, dan perangkap kuning, untuk lahan seluas 45 hektare di Solok.

Upaya pengendalian hama dan penyakit ini menjadi bagian strategis dalam menjaga kualitas hasil pertanian dan menjaga ketersediaan air selama musim tanam.

 

Memperbanyak Sentra dan Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi

BACA JUGA:Gulai Jeruk Patin Ala Sekayu: Eksplorasi Kenikmatan Kuliner Musi Banyuasin yang Memukau

Tidak hanya di Kabupaten Solok, tetapi pemerintah juga memperhatikan produksi bawang merah di daerah lain. Pemerintah Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), melaporkan bahwa hingga Agustus 2023 produksi bawang merah total mencapai 102.655 ton. Kabupaten Bima disebut sebagai salah satu daerah sentra produksi bawang merah di NTB.

Pemerintah juga berkolaborasi dengan dosen dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melakukan survei OPT di sentra-sentra produksi bawang merah lainnya, seperti Brebes dan Tegal.

Bantuan yang diberikan diharapkan dapat berkontribusi pada ketahanan pangan, mengurangi dampak perubahan iklim, dan meningkatkan potensi ekspor produk hortikultura Indonesia.

 

Ketergantungan dan Kecukupan Produksi Bawang Merah

BACA JUGA:Mulai Tahun 2024, Pensiun ASN Akan Otomatis Ditransfer Tanpa Proses Dokumentasi

Sumber: indonesia.go.id