Inilah sebabnya pemerintah tidak hanya fokus pada kendaraan, tetapi juga memperhatikan kesiapan infrastruktur seperti stasiun pengisian hidrogen serta ketersediaan pasokan hidrogen yang aman dan berkelanjutan.
Untuk itu, sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan pelaku industri menjadi kunci utama.
BACA JUGA:Produk Lokal Terancam di Pasar AS Akibat Kenaikan Tarif Hingga 47 Persen
BACA JUGA:Terungkap! Ini Peran Kunci Pusat Pengendali Operasi KA dalam Kelancaran Perjalanan
Toyota Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana pengembangan kendaraan hidrogen bisa dimulai sejak dini.
Melalui kehadiran Toyota Mirai sebagai kendaraan hidrogen perdananya, perusahaan ini telah menunjukkan komitmen terhadap energi alternatif.
Meski belum dijual secara luas di pasar nasional, mobil ini menjadi simbol bahwa teknologi hidrogen sudah siap digunakan.
Selain itu, Toyota juga telah membangun stasiun pengisian hidrogen bertekanan tinggi pertama di Indonesia, yakni 700 bar, yang diluncurkan pada awal 2025. Fasilitas ini menjadi tonggak awal terbentuknya infrastruktur pendukung kendaraan hidrogen di dalam negeri.
BACA JUGA: HIKKMA OI Gelar Halal Bihalal, Dihadiri Wali Kota Palembang sebagai Putra Daerah Muara Kuang
BACA JUGA:Batik Tulis Soedjono, Cara Anak Muda Lamongan Ubah Wajah Batik Lokal
Bahlil menyebut bahwa pendekatan yang sedang dirancang untuk kendaraan hidrogen akan meniru strategi awal yang diterapkan pada kendaraan listrik beberapa tahun lalu.
Ketika Hyundai memutuskan untuk membangun pabrik mobil listrik di Karawang, pemerintah memberikan dukungan investasi dan insentif yang diperlukan demi mendorong pertumbuhan sektor baru tersebut.
Kini, pola serupa akan dicoba diterapkan untuk sektor hidrogen, tentunya dengan menyesuaikan konteks dan tantangan yang ada.
Namun, bukan berarti pengembangan mobil hidrogen akan berjalan tanpa hambatan. Biaya produksi dan distribusi hidrogen masih relatif tinggi, dan ini menjadi salah satu tantangan utama.
BACA JUGA:Batik Tulis Soedjono, Cara Anak Muda Lamongan Ubah Wajah Batik Lokal