Tradisi ‘Perayaan Munggah’ Bagi Pengantin Palembang Untuk Hormati Tamu Yang Tak Sempat Diundang
Tradisi ‘Perayaan Munggah’ Bagi Pengantin Palembang Untuk Hormati Tamu Yang Tak Sempat Diundang--instagram.com/@utarisai
BACA JUGA:Hendak Pergi ke Warung, Seorang Gadis Remaja Usia 14 Tahun Dipaksa Ikut 2 Pria dan Dicabuli
Nah yang menambahi atau melayani para tamu tadi duduk di tengh-tengah hidangan. Biasanya 2 wanita yang disebut ‘Jago Kambangan’ atau dalam bahasa Palembang disebut penjaga kolam. Kolam di sini diartikan sebagai hidangan.
Tradisi ‘Perayaan Munggah’ Bagi Pengantin Palembang Untuk Hormati Tamu Yang Tak Sempat Diundang--instagram.com/@bundarayya
Wanita yang ‘Jago Kambang’ atau penjaga kolam ini akan mengganti setiap kue atau makanan berkuah yang sudah habis. Selain itu, mereka selalu ramah melayani dan mempersilahkan tamu untuk mencicipi semua yang sudah tersedia.
3. Undangan Yang Hadir
Khusus Perayaan Munggah ini tamu yang diundang rata-rata perempuan. Meskipun ada juga yang diundang laki-laki namun sedikit sekali.
BACA JUGA:Dampak Kabut Asap Karhutla, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Muba Ubah Jam Masuk Sekolah
Intinya, undangan Perayaan Munggah biasanya ditujukan kepada kerabat perempuan. Dulu, tamu-tamu Perayaan Munggah ini mengenakan kebaya dan kain khas Songket Palembang.
Tradisi ini biasanya dilakukan oleh salah satu pihak pengantin yang bersedia mengeluarkan biaya lagi untuk Perayaan Munggah ini
Tradisi ini berbeda dengan istilah ‘Ngunduh Mantu’ Yang sekarang dilakukan. Karena ngundung mantu biasanya melakukan jenis pesta yang sama, baik dari jenis hidangan, tamu yang diundang maupun cara makan pada pesta ngunduh mantu.
Artinya, tidak ada perbedaan antara ngunduh mantu dengan hajatan biasa.
BACA JUGA:Syahrul Yasin Limpo Buka Suara terkait Pemerasan dalam Kasus Korupsi Mentan di Polda Metro Jaya
Pengantin Tidak Mengenakan Baju Adat Palembang
Keunikan lain dari Perayaan Munggah adalah jenis pakaian pengantin. Pada Tradisi Perayaan Munggah ini, justeru Pengantin Palembang mengenakan pakaian ala barat istilahnya ‘’Make Sleyer’.
Berbeda dengan pesta besar pada hari Minggu, penganti Palembang akan mengenakan pakaian Aesan Gede atau Pak Sangko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber