Harga Tanah Mahal? Mungkin Kamu Bisa Pikirkan Bangun Rumah Terapung Seperti Ini

Harga Tanah Mahal? Mungkin Kamu Bisa Pikirkan Bangun Rumah Terapung Seperti Ini

Rumah terapung--Sumber Gambar : Instagram / @tipsdesainrumah

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Dalam menghadapi naiknya permukaan air laut dan intensitas badai yang semakin parah, beberapa arsitek dan pengembang telah menciptakan solusi inovatif dengan mengubah pandangan mereka terhadap air dari ancaman menjadi peluang.

Mereka memanfaatkan perairan dan tepi laut untuk membangun rumah terapung yang tidak hanya menjawab ancaman banjir, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.

Salah satu pemimpin dalam bidang ini adalah arsitek Belanda, Koen Olthuis, pendiri Waterstudio yang mengkhususkan diri pada bangunan terapung.

Dia membagikan visinya tentang mengubah kota-kota di seluruh dunia dengan mengintegrasikan rumah terapung sebagai bagian integral dari pola hidup kota. "Kami ingin mengubah kota-kota di seluruh dunia dan melihat bagaimana kami dapat mendorong kota-kota tersebut berlokasi di perairan.

BACA JUGA:Hasil Audit BPKP: Ada Kecurangan Pengelolaan Dana Pensiun BUMN, Hingga Rugi Mencapai Rp 300 Miliar

Saya berharap dalam waktu 50 tahun, kita melihat kembali kota-kota kita dan berkata, 'Ya, bangunan terapung itu hanya bagian dari pola hidup kota ini, masuk akal mereka menambahkan sesuatu ke dalamnya dan membuatnya menjadi area yang fleksibel," ucap Koen.

Data dari Biro Referensi Populasi (Population Reference Bureau) menunjukkan bahwa sekitar tiga miliar orang, atau setengah dari populasi dunia, tinggal dalam jarak 125 mil dari garis pantai.

Kota-kota pesisir ini selama ini mengklaim tepi lautnya untuk pembangunan pelabuhan, teluk, kanal, dan sungai. Namun, sekarang mereka juga mulai memanfaatkan perairan dengan konsep bangunan terapung.

Belanda, sebagai salah satu negara yang rentan terhadap naiknya permukaan laut, telah menjadi percontohan dalam mengadopsi konsep ini. Sebagian wilayahnya berada di bawah permukaan laut, dan mereka telah membangun berbagai struktur terapung seperti kantor, paviliun, hingga peternakan sapi di Rotterdam.

BACA JUGA:Pelajar SMA di Kabupaten Banyuasin Terus Belajar Meski Terdampak Kabut Asap

Bangunan-bangunan ini didukung oleh pondasi beton dan ponton busa, memungkinkan mereka untuk tetap stabil di atas air dan aman dari arus air.

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Water & Climate Change pada tahun 2022 menunjukkan bahwa desain bangunan terapung ini berpotensi untuk melindungi lingkungan dan memberikan dampak positif.

Mereka bisa menjadi habitat bagi burung, mendukung kehidupan laut, dan memengaruhi cahaya, arus, pola angin, serta kualitas air. Dengan demikian, konsep ini tidak hanya menjawab masalah banjir, tetapi juga mendukung ekosistem lokal.

Salah satu contoh sukses adalah perumahan terapung Schoonschip di pusat kota Amsterdam. Terdiri dari 30 rumah dengan lebih dari 100 penghuni, perumahan ini memiliki desain yang inovatif.

BACA JUGA:Unit Binmas Polres Musi Banyuasin Gelar Penyuluhan Pencegahan Kenakalan Remaja di Sekolah

Rumah-rumah ini dibangun di atas dasar beton dan terhubung dengan dermaga, memberikan stabilitas lebih baik dibandingkan perahu konvensional.

Para penghuni percaya bahwa rumah-rumah terapung ini bukan hanya solusi untuk menghindari naiknya permukaan laut dan perubahan iklim, tetapi juga ramah lingkungan, dengan fitur seperti pompa panas, atap hijau, dan panel surya.

Selain Belanda, negara kepulauan Maladewa juga menghadapi ancaman serius akibat kenaikan permukaan laut. Pemerintah Maladewa telah bekerja sama dengan pengembang Dutch Docklands untuk membangun lingkungan terapung yang dapat diakses melalui perahu dari ibukota, Male. Koen Olthuis, arsitek terkenal dalam bidang ini, telah merencanakan pembangunan tahap pertama yang mencakup 5 ribu unit modular, termasuk apartemen, sekolah, toko, dan restoran terapung.

Meskipun ide ini sangat menjanjikan, ada beberapa hambatan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah aturan birokrasi yang belum siap untuk mengatur pembangunan kota dan zonasi bangunan terapung.

BACA JUGA:Mengatasi Karhutla Jadi Langkah Awal Pj Gubernur Sumatera Selatan Agus Fatoni

Pengurusannya memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan di kota-kota seperti Amsterdam yang terkenal akan rumah perahunya, seperti Schoonschip.

Namun, ada solusi inovatif lain yang sedang dikembangkan, yaitu kapal pesiar dengan konsep kondominium atau villa terapung. Dua insinyur asal Perancis, Nicolas Derouin dan Arnaud Luguet, telah merancang kapal pesiar ini dengan atap datar dan konsep area terbuka.

Kapal ini dilengkapi dengan tiang hidrolik yang dapat menurunkan mereka ke dasar laut saat terjadi badai, menjadikannya lebih stabil dan aman. Bahkan saat badai melanda, kapal ini bisa keluar dari air dan terlindung dari gelombang badai.

Model pertama, Arkup 75, telah menjadi sangat populer sejak diluncurkan pada tahun 2019. Pemiliknya telah membangunnya di Miami dengan harga sekitar USD 4 juta. Kini, ada permintaan yang tinggi untuk model yang lebih kecil, Arkup 40, dengan harga mulai dari USD 500 ribu hingga USD 1,2 juta.

BACA JUGA:RUU ASN Disahkan, Tak Ada PHK Massal Honorer

Dengan inovasi seperti rumah terapung dan kapal pesiar terapung, kita dapat melihat masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi kota-kota pesisir di seluruh dunia. Meskipun masih ada hambatan yang harus diatasi, semangat untuk mengubah cara kita memandang air dan menghadapi perubahan iklim adalah langkah pertama menuju masa depan yang lebih baik. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber