Pedagang Buku Tulis di PALI Keluhkan Penurunan Penjualan

Pasar Talang Ubi Sepi Pembeli Buku Tulis--Foto : Idham - PALTV
PALI, PALTV.CO.ID - Para pedagang buku tulis di Pasar Inpres Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, tengah menghadapi tantangan berat akibat menurunnya jumlah pembeli.
Kondisi ini menjadi keluhan utama para pedagang, terutama menjelang tahun ajaran baru yang seharusnya menjadi momen peningkatan penjualan perlengkapan sekolah.
Biasanya, satu hingga dua minggu sebelum sekolah dimulai, para orang tua sudah mulai ramai berbelanja keperluan anak-anak mereka, seperti buku tulis, alat tulis, hingga buku pelajaran.
Kondisi ini menjadi keluhan utama para pedagang, terutama menjelang tahun ajaran baru .--Foto : Idham - PALTV
Namun tahun ini, pemandangan itu tidak terlihat seperti biasanya. Pasar cenderung sepi, bahkan di akhir pekan yang umumnya menjadi waktu paling ramai.
BACA JUGA:Peringati 10 Muharram, Warga Kampung Al-Habsyi Palembang Bagikan Ribuan Porsi Bubur Asyura
BACA JUGA:Belum Untung, Maling Motor di Palembang Ditangkap Polisi
Hardi, salah satu pedagang buku yang telah berjualan lebih dari 10 tahun di pasar tersebut, mengungkapkan kekecewaannya. Ia menyebutkan bahwa penurunan jumlah pembeli sangat drastis dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau dulu, dua minggu sebelum masuk sekolah, kami bisa jual sampai puluhan bahkan ratusan pak buku tulis per hari. Tapi sekarang, untuk laku 10 pak saja susah,” keluhnya.
Hardi, salah satu pedagang buku--Foto : Idham - PALTV
Menurut Hardi, penyebab utama lesunya penjualan adalah perubahan pola belanja masyarakat. Banyak orang tua yang kini lebih memilih berbelanja secara online dibandingkan datang langsung ke pasar.
Selain dianggap lebih praktis, harga yang ditawarkan di platform online juga kerap lebih murah karena langsung dari distributor atau produsen. Hal ini membuat pedagang kecil seperti dirinya kesulitan bersaing.
Selain itu, faktor ekonomi masyarakat yang belum pulih sepenuhnya pasca pandemi juga turut mempengaruhi. Sebagian orang tua memilih untuk membeli barang-barang bekas atau hanya membeli kebutuhan yang paling mendesak saja.
“Banyak yang bilang, bukunya masih bisa dipakai yang tahun lalu, jadi belum beli yang baru,” ujar Hardi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: paltv.co.id