Julukan Venice of the East untuk Kota Palembang

Julukan Venice of the East untuk Kota Palembang

Palembang Kota dikelilingi sungai--Gambar :instagram.com_afrinaldi.zulhen

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Kota Palembang mendapatkan julukan Venice of the East yang artinya venesia dari timur karena kota ini dikelilingi oleh  ratusan sungai. Julukan Venice of The East pertama kali dilontarkan oleh Belanda ketika menjajah kota Palembang, sebab saat itu keindahan kota Palembang mirip dengan kota Venesia yang berada di Italia.

Venesia merupakan kota yang terletak di Italia dengan dikelilingi oleh perairan bahkan kegiatan sehari-hari penduduknya dilakukan di atas air. Kata Palembang berasal dari bahasa melayu terdiri dari dua kata “Pa” dan “Lembang”. “Pa” memiliki makna tempat atau situasi sedangkan “Lembang” tempat yang selalu dibanjiri air.

Palembang berarti tempat yang selalu dibanjiri oleh air karena hal itu cocok dengan julukan yang disematkan oleh Belanda diera penjajahannya, Palembang merupakan kota di atas rawa yang di dialiri oleh ratusan sungai yang bermuara ke sungai musi serta kehidupan masyarakat juga sesuai dengan pola sosial  budaya sungai yang sangat khas.

Para pendatang yang berasal dari berbagai daerah, baik dari bagian hulu sungai, maupun pelayar asing dari China dan timur tengah selalu membawa hasil tangkapannya menggunakan perahu sebagai transportasi.

BACA JUGA:Mencicipi Kuliner Ala Orang Arab di Kampung Arab Al-Munawar Palembang

BACA JUGA:Kampung Palembang yang Tersembunyi, Menjadi Tempat Singgah Presiden Sukarno


Palembang dengan Julukan Vanice of the East--https___instagram.com_rivaldbz13

Julukan tersebut tetap melekat hingga sekarang,  meskipun jumlah sungai telah banyak  berkurang dikarenakan beberapa alasan seperti pembuatan gedung, mall, rumah sakit, perumahan dan berbagai  pembangunan lainnya, julukan kota air masih terus layak disematkan. Ada beberapa sumber mengatakan bahwa pada zaman dahulu kota ini mempunyai sekitar 300 sungai, namun kini tinggal sekitar 97 sungai.

Beberapa sungai telah ditimbun untuk kepentingan pembangunan jauh sebelum  kemerdekaan Indonesia, seperti sungai Tengkuruk yang kini menjadi jalan dan Pertokoan. Meskipun demikian, Palembang tetap mempunyai pesona sebagai kota yang dialiri oleh ratusan anak sungai.

Apalagi dengan munculnya ikon Jembatan Ampera di atas Sungai Musi, dan berbagai macam peninggalan peradaban sejarahataupun kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di pinggir sungai, membuat kota ini masih cocok dijuluki sebagai Venesia dari Timur.

Venesia dari Timur membuat angan-angan berimajinasi mengenai keindahan sebuah kota air bernuansa tropis. Namun, kadang Imajinasi itu hanya angan semata jika kita menyusuri jalanan di Palembang dan menjadikan julukan Venice of the East yang pernah didapatkan pada ibu kota Sumatera Selatan itu berbanding terbalik dengan kondisi kini.

BACA JUGA:Biar Hemat dan Nikmat, Ayo Isi Waktu dengan Masak Pindang Patin Kuliner Palembang

BACA JUGA:Filosofi Rumah Limas Palembang! Setiap Lantai Membedakan Kegunaan dan Strata Sosial.

Hal tersebut disebabkan oleh proses daratanisasi yang dilakukan besar besaran selama dua dekade terakhir. Hamparan rawadiuruk telah berubah menjadi pusat perbelanjaan, dan perumahan Nasional.

Kegiatan penimbunan  rawa  tersebut  mengakibatkan kawasan rawa diperkirakan terus menyusut menjadi 25 persen dari  luas kota Palembang yang hanya sekitar 40.000 hektar. Perubahan rawa menjadi daratan ini terlihat jelas di daerah Jakabaring. Dahulu, lahan daerah Jakabaring merupakan hamparan bunga teratai di atas rawa seluas ribuan hektar. Sekarang kawasan Jakabaring berubah menjadi hamparan kompleks perumahan di atas rawa yang sudah ditimbun.

Kini, bentuk rupa kota Palembang tidak jauh berbeda dengan kota-kota besar Indonesia lainnya. Kota ini telah berubah menjadi kota metropolitan yang dipadati oleh gedung-gedung tinggi dan megah, pusat perbelanjaan, perumahan, dan jalan-jalan yang selalu macet di saat jam-jam ibuk.Generasi muda Palembang juga sekarang tak begitu mengenal kehidupan sungai. Banyak  dari generasi muda belum mampu berenang, bahkan ada yang masih takut menaiki ketek (sejenis sampan tradisional).(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber