Kampung Palembang yang Tersembunyi, Menjadi Tempat Singgah Presiden Sukarno

Kampung Palembang yang Tersembunyi, Menjadi Tempat Singgah Presiden Sukarno

kampung palembang masih banyak rumah bari atau rumah limas yang usianya ratusan tahun. --sumber instragram @suryoarief97

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Mendengar nama Kampung Palembang kedengarannya masih asing di telinga para masyarakat luas, bahkan masyakarat Kota Palembang sekali pun.

Padahal lokasi tersebut tergolong sangat mudah diakses. Kampung Palembang letaknya tepat di Jalan KH Azhari, Lorong Firma Kelurahan 4 Ulu Kecamatan Seberang Ulu I Palembang.

Dinamakan Kampung Palembang karena di dalam perkampungan tersebut masih banyak rumah bari atau yang kita kenal sebagai rumah limas, yang usianya ditaksir sampai ratusan tahun. Rumah limas yang berada di Kampung Palembang rata-rata masih dihuni para masyarakat.

Sebab itu, rumah limas yang berada di Kampung Palembang masih sangat terawat dan terjaga keasliannya. Mengingat rumah limas tersebut merupakan cagar budaya yang harus kita lestarikan dan kita jaga untuk masa yang akan nanti.

BACA JUGA:Momen Libur Panjang, TWA Punti Kayu Palembang Ramai Dikunjungi Wisatawan

BACA JUGA:Pesona Kampung Arab Al Munawar, Wisata Religi di Palembang

Arsitektur rumah tersebut terpengaruh dengan gaya Belanda. Bisa kita lihat ketika memasuki Lorong Firma, akan sangat terasa nuansa pada masa kolonial Belanda.

Hal tersebut tidak lepas dari usaha Belanda untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat yang bermukim di sekitaran pesisir Sungai Musi Sebarang Ulu I Palembang.

Diketahui perumahan limas ini merupakan peninggalan dari Haji Akil, kabarnya orang pertama yang bermukim di kawasantepian Sungai Musi bagian Seberang Ulu I Palembang.

Rumah limas saat ini dihuni oleh keturunan Haji Akil dan hingga sekarang ini masih terawat dan terjaga keasliannya. Hanya saja ada perbaikan-perbaikan sederhana yang tidak mengubah keaslian dan bentuk dari rumah limas tersebut.

BACA JUGA:Menikmati Taman Kambang Iwak Wisata Taman Tengah Kota Palembang

BACA JUGA:Wisata Religi Palembang, Al-Qur'an Al-Akbar Terbesar di Dunia

Rumah limas memiliki filosofi yang mendalam pada setiap bagiannya. Yang pertama ada lima tingkatan pada setiap ruangan, yang disebut Kekijing. Setiap tingkatannya diatur berdasarkan penghuninya, mulai dari usia, jenis kelamin, bakat, pangkat atau jabatan, serta martabat. Tingkat tertinggi biasanya dihuni oleh para orang yang diketuai atau dihormati.

Di bagian atap terlihat bentuk seperti tanduk kambing dan bunga melati. Melati melambangkan kerukunan dan keagungan. Sedangkan simbar dua tanduk yang bermakna adam dan hawa, tiga tanduk melambangkan matahari bulan dan bintang, serta lima tanduk di atapnya bermakna rukun islam.

Hal menarik lainnya yang harus kita ketahui, rumah limas tersebut pada saat dibangun selalu menghadap arah timur dan barat, terdapat filosofi menarik mengenai itu.

Bagian barat disebut Matoari Edop yang berarti matahari terbit yang melambangkan kehidupan baru. Yang mengarah ke timur disebut dengan matoari mati yang bermakna matahari tenggelam atau akhir dari kehidupan.

BACA JUGA:Waspada! Jika anda tidak masuk Empat Shio Keberuntungan ini.

BACA JUGA:Biar Hemat dan Nikmat, Ayo Isi Waktu dengan Masak Pindang Patin Kuliner Palembang

Bukan cuma sekedar keindahakan arsitektur dan keunikan rumah limas yang sampai saat ini masih terawat mengingat usianya sudah sampai 100 tahun lebih.

Hal menarik dan yang wajib kita ketahui lainnya ialah terdapat cagar budaya rumah singgah Presiden Sukarno, yang tepat berada di sebelah kanan Lorong Firma dan akses jalan utama.

Sukarno adalah presiden pertama Indonesia dan sangat berjasa bagi negeri kita ini. Kerja keras serta semangatnya menjadikan Indonesia negara merdeka, terbebas dari penjajahan bangsa lain.

Dengan fakta-fakta dan informasi yang ada, diharapkan kita sebagai masyarakat luas terkhusus masyarakat Kota Palembang lebih peduli dalam melestarikan serta menjaga cagar budaya kita untuk masa yang akan datang. Tanamkan rasa cinta, dengan kecintaan itulah kita akan menjaga dan merawat cagar cagar budaya yang menjadi warisan nenek moyang kita.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber