Filosofi Rumah Limas Palembang! Setiap Lantai Membedakan Kegunaan dan Strata Sosial.

Filosofi Rumah Limas Palembang! Setiap Lantai Membedakan Kegunaan dan Strata Sosial.

Bentuk bagian dalam rumah limas yang terdiri dari beberapa lantai, memiliki filosofi tertentu--free pik.com

PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Rumah limas adalah sebuah rumah tradisional yang memiliki bentuk berbentuk segi lima dan merupakan bangunan khas dari daerah Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Ciri khas dari bangunan Rumah limas, adalah ukiran pada fasad atau muka rumah. Dengan sentuhan warna emas di beberapa ornamen rumah. 

Selain itu, rumah limas ini memiliki tangga di kanan kirinya. Dengan atap yang ujungnya melengkung, bentuk rumah limas memiliki filofosi khusus. Dari depan, fasad rumah limas ini dapat dikenali. Sebab, teras rumah limas selalu identik dengan keterbukaan terhadap tamu yang datang.

Bentuk bagian dalam rumah limas terdiri dari beberapa tingkatan lantai, namun tetap saja berada dalam satu bubungan atau atap. Rumah limas biasanya terbuat dari kayu unglen, kayu besi atau meranti dengan kekuatan ratusan tahun.

Keberadaan rumah limas di kota Palembang tinggal sedikit. Namun, kelestarian rumah limas tetap dipertahankan di beberapa tempat. Bahkan, masih didiami oleh keturunan warga Palembang asli sampai saat ini. 

BACA JUGA:Cara Mencegah Gigitan nyamuk dan Pengendalian Populasi

BACA JUGA:Mantan Kepala Sekretariat Bawaslu Prabumulih Ditahan

Filosofi tingkatan lantai rumah limas Palembang merujuk pada sebuah kepercayaan atau pandangan yang terkait dengan Filosofi budaya masyarakat 

Tingkatan lantai pada rumah limas Palembang memiliki beberapa filosofi, dimana setiap lantai memiliki saka atau sako (bahasa Palembang), yang diartikan sebagai tiang penyangga yang terbuat dari kayu dan tidak menempel pada dinding. Nah, pembagian lantai ini berdasarkan sebutan saka atu sako tadi.

1. Lantai dasar (saka tatas). Saka atau sako adalah merujuk pada arti sako atau tiang menjulang. Saka dasar adalah lantai yang pertama kali dibangun dan biasanya digunakan sebagai tempat untuk bertemu dan berinteraksi dengan tamu serta untuk kegiatan sehari-hari.

Filosofi yang terkait dengan lantai dasar adalah sebagai simbol kesetaraan, di mana siapa pun dapat mengaksesnya dan berhubungan dengan orang lain secara langsung.

BACA JUGA:Sempat Viral, ‘Bajing Loncat’ Palindra Tertangkap Jua

BACA JUGA:Kabar Bahagia! Minggu Depan, TPP Kabupaten Lahat Segera Cair

2. Lantai pertama (saka sapuju) adalah lantai yang ditempati oleh keluarga utama atau tuan rumah. Filosofi yang terkait dengan lantai ini adalah sebagai simbol kepemimpinan dan pusat kehidupan keluarga. Keluarga yang tinggal di lantai ini dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi.

3. Lantai kedua (saka dopan) adalah lantai yang ditempati oleh anggota keluarga yang lebih muda atau yang belum menikah. Filosofi yang terkait adalah sebagai simbol pelatihan dan persiapan untuk menghadapi tanggung jawab kehidupan dewasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber