Kontroversi Undangan Untuk Israel Dalam Peringatan Bom Atom Hiroshima, Jepang Tuai Kecaman

Kontroversi Undangan Untuk  Israel Dalam Peringatan Bom Atom Hiroshima, Jepang Tuai Kecaman

Kontroversi Pengundangan Israel Dalam Peringatan Bom Atom Hiroshima, Jepang Tuai Kecaman--explore.hiroshima/ig

BACA JUGA:Kejati Sumsel Serahkan Tersangka Dugaan Korupsi Layanan Internet Desa ke Penuntut Umum Kejari Musi Banyuasin

Pemerintah Hiroshima berencana untuk mengundang Amerika Serikat, yang merupakan negara yang menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945.

Sementara itu, China belum memberikan tanggapan terhadap undangan tersebut. Di antara negara-negara yang belum menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir, India telah menyatakan kesediaannya untuk hadir.

Kontroversi di Nagasaki

Selain Hiroshima, pemerintah Kota Nagasaki juga mempertimbangkan untuk mengundang Israel dalam acara serupa yang akan diadakan pada 9 Agustus. Namun, undangan ini juga memicu perdebatan di kalangan masyarakat dan pemerintah kota mengenai apakah undangan tersebut seharusnya dilanjutkan atau tidak.

BACA JUGA:Pj Walikota Palembang: Warga Rusun Ilir Barat I Akan Dipindahkan Sementara Selama Revitalisasi Nanti

Reaksi Terhadap Pengundangan

Undangan terhadap Israel dianggap sebagai langkah yang kontroversial, terutama karena negara tersebut dikritik atas tindakan militernya di Gaza. Banyak aktivis dan warga melihat undangan ini sebagai bentuk pengakuan yang tidak sesuai terhadap negara yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Di sisi lain, pemerintah Hiroshima berpendapat bahwa kehadiran Israel dapat menjadi kesempatan untuk mendorong dialog dan perdamaian, meskipun hal ini dianggap tidak konsisten dengan kebijakan mereka terhadap negara-negara lain yang terlibat dalam konflik.

Langkah pemerintah Kota Hiroshima untuk mengundang Israel dalam upacara peringatan bom atom memicu perdebatan dan kritik tajam.

BACA JUGA:Pengelola Gedung AEKI Palembang Bantah Ada Kegiatan Pengobatan Ida Dayak

Keputusan ini dilihat oleh banyak pihak sebagai tindakan dengan standar ganda, terutama mengingat pengecualian Rusia dan Belarusia dari acara yang sama. Meskipun

demikian, pemerintah kota tetap berupaya untuk menggunakan kesempatan ini sebagai sarana untuk mempromosikan perdamaian dan dialog internasional.

Kontroversi ini menyoroti tantangan dalam diplomasi dan upaya untuk mencapai perdamaian global di tengah ketegangan internasional yang terus berlangsung.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber