Iwan Fals, Antara Musik dan Sikap Netralitas dari Politik Kekuasaan

Iwan Fals, Antara Musik dan Sikap Netralitas dari Politik Kekuasaan

Iwan Fals, antara musik dan sikap netralitas dari politik kekuasaan.--instagram.com/@iwanfals

BACA JUGA:Tari Burung Migran, Tarian Persembahan Desa Sungsang IV Sambut Tamu dan Meriahkan Kegiatan Desa

“Wakil rakyat seharusnya merakyat/ jangan tidur waktu sidang soal rakyat/ Wakil rakyat bukan paduan suara/ hanya tau nyanyian lagu setuju.” Itu salah satu penggalan lirik lagu Iwan Fals yang sangat terkenal. Lirik tersebut merupakan sindiran kepada perilaku politik dan ketidakadilan.

Realisme sosial yang khas tergambar di setiap lirik lagu Iwan Fals dengan bahasa yang mudah untuk dikategorikan bagi pendengarnya, sebagai realisme sosial dalam arti yang sesungguhnya.

"Iwan Fals yang bisa dikatakan sebagai perlawanan terhadap ketidakadilan, kesenjangan dan lain-lain," (Suseno, 2009).

Terus berkembangnya warna musik, Iwan Fals mulai mengolaborasikannya dengan warna lain seperti pop, rock, bahkan jazz.

BACA JUGA:Sir Ridley Scott Buka Suara Mengenai Kritik dan Dunia Sinema yang Penuh Tantangan

Bekerja sama dengan musisi-musisi lain seperti Ian Antono (godbless), Jokie Soeryoprayogo, Setiawan Djodi, Totok Tewel, Iwang Nursaid, Sawung Jabo, dan Nanil Insisir, yang memberi warna musikalisasi puisi dengan dominasi perkusi yang sedap ditelinga.

Di era 1980-an, gelombang kritisisme terhadap kekuasaan makin dahsyat ditandai munculnya album perdana yakni Sarjana Muda (1981).

Hampir setiap tahun ia menyerangi kekuasaan dengan bedil-bedil albumnya: Opini (1982), Sumbang (1983), Barang Antik (1984), Sugali (1984), Kelompok Penyanyi Jalanan (1985), Sore Tugu Pancoran (1985), Aku Sayang Kamu (1986), Ethiopia (1986), Lancar (1987), Wakil Rakyat (1987), dan masih banyak lagi lainnya. Konser-konsernya sering dilarang dan digagalkan oleh rezim Orde Baru (Arafat, 2020).

Pernah di salah satu aksi panggungnya Iwan Fals disabotase. Aliran listrik tiba-tiba padam padahal ia sedang berada di panggung menghibur penggemarnya.

BACA JUGA:Taylor Swift Menunda Konser di Rio de Janeiro Pasca Kematian Penggemar

Pernah pula konsernya dibubarkan paksa oleh aparat keamanan karena membawakan lirik lagu menyindir penguasa Orde Baru saat itu.

Yang bisa diambil pelajaran dalam perihal sikap politik seorang Iwan Fals adalah kenetralitasannya terhadap politik kekuasaan, tetap komitmen mengkritik siapapun yang berkuasa tanpa pandang bulu.

Dan itu sudah sering Iwan Fals sampaikan sebagai pesan kepada para penggemarnya di Indonesia di manapun berada.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber