Asal Mula Tradisi Selamatan Kematian yang Menjamur di Umat Islam Indonesia Khususnya Jawa

Asal Mula Tradisi Selamatan Kematian yang Menjamur di Umat Islam Indonesia Khususnya Jawa

Tradisi Selamatan Kematian--Foto : Tangakap layar instagram/@tahtassamamediaofficial

BACA JUGA:Freeport Menolak Membayar Bea Ekspor sebesar Rp2,33 Triliun, Siap untuk Mengajukan Banding

Dalam kepercayaan Hindu, menghormati roh leluhur dianggap penting karena mereka dapat menjadi dewa terdekat manusia dan juga terlibat dalam konsep samsara atau reinkarnasi. 

Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti, dijelaskan bahwa upacara selamatan seharusnya diadakan pada hari ke-1, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000. 

Dalam buku berjudul "Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa, serpihan yang tertinggal" karya Ida Bedande Adi Suripto, diungkapkan bahwa tradisi ini berasal dari ajaran Hindu. 

Upacara penyembelihan kurban untuk orang yang telah meninggal pada hari ke-1, ke-7, ke-40, dan ke-1000 juga dijelaskan dalam kitab Panca Yadnya dan Bagawatgita dengan tujuan kebaikan dunia. 

BACA JUGA:Mengenal Pohon Gharqad, Tempat Persembunyian Kaum Yahudi Saat Perang Akhir Zaman

Selain itu, terdapat upacara selamatan yang dikenal sebagai Genduri atau Kenduri, yang merupakan bagian dari ajaran Hindu menurut kitab Sama Weda. 

Namun perlu kita ingat bahwa tradisi ritual kematian dalam masyarakat Islam Jawa tidak dianggap suatu ajaran sesat, hal ini dikarenakan tradisi ini tidak bertentangan dengan nilai dan ajaran Islam, dan juga tidak ada larangan terhadap adat atau tradisi selama itu sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. 

Selain selamatan yang dilakukan pada beberapa hari tertentu setelah seseorang meninggal, ada tradisi lain yang dilakukan oleh masyarakat Islam di Jawa, tradisi tersebut dilakukan saat memakamkan seorang yang telah meninggal. 

Ritual tradisi pemakaman seseorang ini melibatkan suatu bentuk "pembekalan" bagi roh yang memasuki fase kehidupan baru di alam akhirat. 

BACA JUGA:Mujaddid Sepanjang Sejarah Islam yang Muncul Setiap 100 Tahun

Karena roh dianggap abadi, upacara pembekalan bagi orang yang meninggal diyakini dapat diterima dan dirasakan oleh roh orang yang telah berpulang. 

Salah satunya yaitu pengumandangan adzan dan iqamah setelah jenazah ditempatkan di liang lahat dan sebelum ditutup dengan tanah. 

Selanjutnya, dibacakanlah talkin (talqin). Modin (pengurus masjid) membacakan talkin  merupakan serangkaian ucapan pemakaman yang ditujukan kepada almarhum, hal ini pertama dilakukan dalam bahasa Arab dan kemudian dalam bahasa Jawa.

Talqin dalam bahasa Arab memiliki arti yaitu "mendikte". Oleh karena itu, talqin melibatkan mengucapkan kata-kata atau kalimat tertentu agar diikuti oleh orang yang baru saja meninggal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber