PALTV.CO.ID - Amnesty International kembali menyoroti sejumlah produsen mobil listrik global atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di dalam rantai pasok mineral mereka.
Dalam laporan terbaru setebal 120 halaman, organisasi ini mengkritik produsen terkemuka di dunia.
Seperti Tesla, Stellantis, Volkswagen Group, BMW, dan Ford karena dinilai belum mengambil langkah memadai dalam mengatasi risiko eksploitasi manusia, dampak kesehatan, dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan meneral.
Pertambangan mineral seperti kobalt, lithium, nikel, dan tembaga merupakan bahan utama dalam produksi baterai kendaraan listrik.
BACA JUGA:Jadwal Timnas Indonesia di ASEAN Cup 2024, Justin Hubner dan Ivar Jenner Absen Membela Garuda
Namun, penambangan mineral tersebut sering kali melibatkan praktik yang tidak etis, termasuk eksploitasi pekerja dan perusakan lingkungan, terutama di negara berkembang.
Dalam laporan ini, Amnesty International mengukur kinerja 13 produsen mobil listrik terkait kebijakan hak asasi manusia, pemetaan rantai pasok, identifikasi risiko, pelaporan, dan mediasi.
Dari penilaian tersebut, Mercedes-Benz meraih skor tertinggi dengan 51 poin, diikuti Tesla dengan 49 poin dan Stellantis dengan 42 poin.
Sementara itu, perusahaan seperti BYD, Mitsubishi, dan Hyundai mencatat skor rendah, masing-masing hanya mendapatkan 11, 13, dan 21 poin.
BACA JUGA:Aksi Mogok Pekerja Volkswagen Dimulai, PHK dan Pemotongan Gaji Jadi Isu Utama
BACA JUGA:Robot Medis dalam Dunia Kesehatan: Dari Tujuan hingga Etika Penggunaan
Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnès Callamard, mengungkapkan bahwa skor-skor tersebut menunjukkan kecemasan yang tinggi terkait kurangnya upaya transparansi dan akuntabilitas di sektor ini.
Amnesty International kembali menyoroti sejumlah produsen mobil listrik global--ilustrasi pribadi
Ia secara khusus mengkritik BYD karena dianggap sangat buruk dalam memberikan informasi terkait langkah-langkah kehati-hatian hak asasi manusia dalam rantai pasok baterainya.