Dari Civic Estilo hingga GR Yaris, Antara Hobi, Investasi, dan Ilusi Cuan Cepat

BACA JUGA:Larangan Impor Pakaian Bekas Bikin Pedagang Khawatir Kehilangan Mata Pencarian

Penyebab utama turunnya harga adalah hilangnya unsur eksklusivitas. Bagi para kolektor, terutama kalangan “sultan”, daya tarik sebuah mobil bukan semata performa, tetapi juga kelangkaan dan status simbol.

Ketika GR Yaris facelift dirilis secara massal, minat terhadap versi awal pun memudar.

Selain itu, pengumuman kehadiran Toyota GR Corolla—yang menggunakan mesin dan teknologi serupa—semakin menenggelamkan pamor GR Yaris.

Para kolektor pun beralih, membuat nilai jual mobil hatchback tersebut terus merosot.

Meski demikian, GR Yaris tetap dianggap sebagai salah satu mobil sport paling berkarakter dari Toyota. Mobil ini menggunakan mesin G16E-GTS tiga silinder turbo, yang juga dipakai pada GR Corolla.

Mesinnya ringkas, bertenaga, dan efisien—membuktikan kualitas engineering Toyota di dunia balap.

BACA JUGA:Pria Pendiam di Desa Ulak Kembahang Akhiri Hidup dengan Gandir

BACA JUGA:Ragit Kuah Keju dan Susu, Sentuhan Modern pada Sajian Klasik Palembang

Namun, dari kasus GR Yaris dan Suzuki Jimny, ada pelajaran penting bagi para penggemar otomotif: tidak semua mobil “panas” cocok dijadikan investasi jangka pendek.

Harga yang naik cepat bisa saja turun lebih cepat. Mobil-mobil modern seperti ini cenderung memiliki nilai yang fluktuatif—mirip dengan harga cryptocurrency, yang bisa melambung tinggi lalu anjlok seketika.

Sebaliknya, mobil klasik seperti Estilo atau Morris justru memiliki nilai seperti emas—naiknya perlahan tapi stabil, dan sulit turun karena faktor sejarah dan kelangkaannya.

Pada akhirnya, investasi mobil bukan sekadar soal mencari untung, tetapi juga tentang kecintaan terhadap dunia otomotif itu sendiri.

Karena bagi para pecinta sejati, kepuasan sejati bukan dari angka di rekening, melainkan dari suara mesin, desain klasik, dan kebanggaan memiliki mobil yang punya cerita.

Sumber: berbagai sumber