Roti Maskot Desa Dangku: Warisan Rasa yang Tak Lekang oleh Waktu

Roti Maskot bukan sekadar makanan ringan biasa, melainkan bagian penting dari identitas --ig@ollah_khanza
BACA JUGA:Polres Ogan Ilir Bantu Kursi Roda untuk Anak Disabilitas di Tanjung Batu
Proses pembuatan dimulai dari adonan yang dibentuk dan dipanggang di dalam tungku kayu bakar buatan tangan. Aroma kayu bakar yang meresap ke roti memberi rasa khas yang tak bisa ditiru oven listrik atau gas.
Tekstur keras dari Roti Maskot memang sengaja dibuat demikian. Hal ini memungkinkan roti bertahan lama, bahkan bisa disimpan hingga berminggu-minggu.
Untuk menikmatinya, roti ini biasanya direndam dalam teh panas, kopi pahit, atau santan manis hingga empuk.
Saat dimakan, teksturnya yang semula keras berubah menjadi lembut dan menyatu dengan rasa minuman.
Roti maskot telah menjadi simbol kuliner yang mewakili nilai budaya dan kenangan bersama.--cookpad.com
Pada bulan Ramadan, Roti Maskot menjadi sajian khas berbuka puasa. Kolang-kaling, cincau, dawet, dan kurma disajikan dengan siraman santan manis hangat, menciptakan rasa yang lezat dan mengenyangkan dalam versi kekinian bisa di tambah ice cream.
BACA JUGA:Melalui Transformasi, BRI Perkuat Fundamental Bisnis dan Cetak Laba Rp26,53 Triliun
BACA JUGA:Tingkat Keberhasilan Capai 24,7 Persen, BPBD Sumsel Lanjutkan OMC
Selain fungsional, roti ini mencerminkan gaya hidup hemat masyarakat desa yang terbiasa menyimpan makanan tahan lama.
Dari tangan ibu rumah tangga hingga generasi muda, tradisi membuat Roti Maskot terus dilestarikan.
Ia menjadi simbol warisan yang kuat, mengingatkan pentingnya melestarikan budaya lokal di tengah gempuran zaman modern.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber