Dari Sampah Jadi Berkah, Inovasi Sabun Padat Ecoenzyme

Dari Sampah Jadi Berkah, Inovasi Sabun Padat Ecoenzyme

Ecoenzyme merupakan cairan fermentasi dari limbah organik seperti kulit buah dan sayuran yang dicampur dengan gula merah dan air, lalu difermentasi selama 90 hari.-Emphyrio-Pixabay

Setelah ecoenzyme dipanen, pelatihan berlanjut ke tahap kedua: pembuatan sabun padat. Sabun ini dibuat dari campuran minyak nabati (kelapa, zaitun, dan sawit), larutan NaOH, dan ecoenzyme sebagai pengganti air. Penambahan bubuk herbal seperti kelor atau kunyit juga memberikan nilai tambah pada sabun yang dihasilkan.


Dari Sampah Jadi Berkah, Inovasi Sabun Padat Ecoenzyme--Foto: instagram@veronicakumurur-

Berikut bahan dan komposisinya:

Coconut oil (24%): 120 gr

Olive oil pomace (44%): 220 gr

Palm oil (32%): 160 gr

NaOH: 71 gr

Air + Ecoenzyme (50:50): total 165 gr

Bahan aditif (opsional): bubuk herbal secukupnya

Proses pembuatan sabun melibatkan pencampuran bahan minyak dan ecoenzyme, kemudian ditambahkan larutan NaOH (disebut lye solution) secara hati-hati untuk menghindari reaksi panas berlebih. Setelah semua bahan tercampur rata dan mengental (trace), adonan sabun dituangkan ke dalam cetakan dan didiamkan selama 24 jam.

Setelah sabun mengeras, perlu dilakukan proses curing selama 3–4 minggu agar sabun matang sempurna dan siap digunakan. Sabun kemudian dikemas agar tetap kering dan awet.

Edukasi dan Pemberdayaan Berbasis Lingkungan

Kegiatan ini bukan hanya soal teknis pembuatan sabun, tetapi juga membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah sejak dari rumah.

Dengan memanfaatkan sampah organik menjadi produk bernilai ekonomi, para ibu rumah tangga di Lombok Utara kini tidak hanya turut menjaga lingkungan, tetapi juga membuka peluang usaha baru.

BACA JUGA:PLN Siap Jalankan RUPTL 2025–2034, Dorong Transisi Energi Bersih

BACA JUGA:Tom Cruise Tak Mau Berhenti, Target Shooting Sampai Usia 100 Tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber