Budayakan Menonton Sesuai Usia, Lembaga Sensor Film Sosialisasikan Gerakan Sensor Mandiri

 Budayakan Menonton Sesuai Usia, Lembaga Sensor Film Sosialisasikan Gerakan Sensor Mandiri

Budayakan Menonton Sesuai Usia, Lembaga Sensor Film Sosialisasikan Gerakan Sensor Mandiri-Foto/Juliadi-PALTV

PALEMBANG, PALTV.CO.ID- Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF) menggelar sosialisasi Gerakan Sensor Mandiri kepada masyarakat luas dengan tujuan agar masyarakat mendapatkan tontonan yang baik dan membudayakan tontonan sesuai usia.

Dalam era digital yang semakin maju, akses terhadap berbagai jenis tontonan menjadi semakin mudah. Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan tersendiri, terutama terkait dengan konten yang tidak sesuai untuk berbagai kelompok usia.

Menyadari hal tersebut, Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF) menggelar sosialisasi Gerakan Sensor Mandiri yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih selektif dalam memilih tontonan yang sesuai dengan usia.

Gerakan Sensor Mandiri ini dilaksanakan dengan melibatkan berbagai kalangan, seperti filmmaker, mahasiswa, pelajar, Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, ulama, serta kalangan media. Sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat dapat memfilter sendiri tontonan yang akan ditonton, sehingga dapat terhindar dari konten yang tidak sesuai dengan usia dan nilai-nilai yang dianut.

BACA JUGA:Perusahaan Mobil Listrik Terkemuka Asal China Akan Bangun Pabrik Di Turki

Dalam sosialisasi tersebut, LSF memperkenalkan empat klasifikasi usia yang harus diperhatikan saat memilih tontonan. Klasifikasi tersebut meliputi S-U (Semua Umur), 13+ (untuk anak usia remaja), 17+ (untuk usia di atas 17 tahun), dan 21+ (untuk usia di atas 21 tahun). Dengan adanya klasifikasi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya memilih tontonan yang sesuai dengan kelompok usia masing-masing.

Rommy Fibri Hardiyanto, Ketua LSF, menekankan pentingnya sosialisasi ini mengingat segala tontonan bisa diakses dengan mudah melalui teknologi yang semakin berkembang pesat, seperti smartphone.

"Sosialisasi ini sangat penting karena dengan teknologi yang semakin maju, masyarakat bisa mengakses berbagai jenis tontonan dengan mudah. Dengan demikian, budaya sensor mandiri menjadi benteng bagi masyarakat untuk mendapatkan tontonan yang baik," ujar Rommy.

Ia juga menambahkan bahwa literasi masyarakat dalam menonton film dan televisi harus ditingkatkan agar masyarakat bisa menonton sesuai dengan klasifikasi usia yang telah ditetapkan. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat lebih bijak dalam memilih tontonan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.


Budayakan Menonton Sesuai Usia, Lembaga Sensor Film Sosialisasikan Gerakan Sensor Mandiri-Foto/Juliadi-PALTV

Sosialisasi ini diikuti dengan antusias oleh berbagai kalangan. Para filmmaker, misalnya, melihat sosialisasi ini sebagai langkah positif untuk menciptakan karya-karya yang lebih bertanggung jawab dan sesuai dengan klasifikasi usia yang ada. Mahasiswa dan pelajar yang hadir juga mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya memilih tontonan yang sesuai dengan usia mereka.

Selain itu, Dinas Komunikasi dan Informatika serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan juga mendukung penuh sosialisasi ini. Mereka berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan LSF dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya budaya sensor mandiri.

"Kami akan terus mendukung dan bekerja sama dengan LSF dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memilih tontonan yang sesuai dengan usia. Ini adalah langkah penting untuk melindungi generasi muda dari konten yang tidak sesuai," ujar perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Tidak hanya itu, ulama dan kalangan media juga turut berpartisipasi dalam sosialisasi ini. Mereka melihat pentingnya peran agama dan media dalam menyampaikan pesan-pesan positif tentang budaya sensor mandiri kepada masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: