Danau Tempe, Lokasi Berbagai Upacara Adat di Jantung Sulawesi Selatan

BACA JUGA:Jelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah, Pj Walikota Palembang Ratu Dewa Resmikan Bazar Industri Kecil

Meskipun memiliki nilai ekonomis tinggi, ikan ini menghadapi tantangan penurunan populasi akibat tingginya tingkat eksploitasi dan perubahan lingkungan yang terus menerus.

Pada musim penghujan, kompleks danau ini dapat meluas hingga 47 ribu hektar, sementara pada musim kemarau, terbagi menjadi tiga danau yang lebih kecil.

Pasokan air utama berasal dari sungai dan anak sungai, menciptakan ekosistem yang dinamis.

Tantangan lingkungan seperti pendangkalan dan pertumbuhan eceng gondok menjadi ancaman serius bagi Danau Tempe.

BACA JUGA:NVIDIA Akuisisi Xbox dari Microsoft? : Xbox generasi berikutnya memiliki GPU ganda, Siap Lawan PlayStation 6

Pendangkalan hingga 30 cm setiap tahunnya dapat menyebabkan banjir, sementara pertumbuhan eceng gondok dapat merusak pemukiman di sekitar danau.

Maka dari itu pemerintah setempat memiliki inisiatif untuk mengatasi masalah ini dengan pembangunan tiang kayu sepanjang 100 meter.

Mayoritas penduduk di sekitar Danau Tempe yaitu nelayan Bugis yang tinggal di rumah apung. Kondisi ini mengharuskan mereka memiliki dua rumah, satu di daratan dan satu di permukaan danau.

Adat lokal memiliki aturan perlindungan dan pemanfaatan danau, yang dijalankan oleh pemimpin adat atau yang disebut dengan macoa tappareng.

BACA JUGA:Peringatan Penting: Dampak Buruk Ketika Bensin Mobil Terkontaminasi Air

Danau Tempe meliki luas yang mencapai 350 km2, dengan begitu Danau Tempe memperoleh predikat sebagai danau terluas kedua di Sulawesi dan menjadi yang terbesar ketiga di Indonesia.

Danau Tempe tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga mencerminkan kehidupan harmonis antara manusia dan alam.

Dalam upaya menjaga keberlanjutan danau, peran masyarakat lokal dan pemimpin adat sangat penting untuk merawat dan melestarikan keindahan serta keberagaman di Danau Tempe.*

Sumber: berbagai sumber