‘Kupek Mandi Kayakh’ Tradisi Bayi Turun Mandi Masyarakat Suku Ogan yang Mulai Langka

‘Kupek Mandi Kayakh’ Tradisi Bayi Turun Mandi Masyarakat Suku Ogan yang Mulai Langka

'Kupek Mandi Kayakh' atau 'Turun Mandi' merupakan salah satu tradisi masyarakat Suku Ogan di Sumatera Selatan dalam menyambut kehadiran bayi.--Tangkapan layar youtube.com/@baturajatoday9303

OKU, PALTV.CO.ID - Beragam cara untuk mengungkapkan rasa gembira atas kehadiran buah hati. Salah satunya dengan melakukan sejumlah tradisi atau kebiasaan yang dipercaya akan mempengaruhi kehidupan anak tersebut di masa yang akan datang.

Selain tradisi untuk menyambut kelahiran bayi, memandikan bayi di sungai juga dipercaya untuk mengenalkan bayi pada nilai-nilai kebaikan.

Di sejumlah daerah di Indonesia, tradisi yang biasa dilakukan yakni 'Turun Mandi' ke Sungai. Tradisi itu juga dilakukan kebanyakan masyarakat Suku Ogan yang berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatera Selatan yang dinamai Kupek Mandi Kayakh.

Kupek dalam bahasa Ogan berarti bayi, sedangkan Kayakh berarti sungai atau air. Sehingga jika diartikan, Kupek Mandi Kayakh berarti bayi yang dimandikan di sungai. Atau dalam pengertian lain Kupek Mandi Kayakh ini sama dengan 'Bayi Turun Mandi'.

BACA JUGA:Muslim Harus Tahu! Rasulullah SAW Melarang Mencela Makanan yang Tidak Disukai, Ini Penjelasannya!

Tradisi Kupek Mandi Kayakh (Turun Mandi) dilakukan kepada bayi yang baru berumur genap 40 hari. Pada saat pelaksanaan memandikan bayi dilakukan Ketua Adat atau Tetua Desa setempat, yang disambut suka cita keluarga dan masyarakat yang menyaksikan.

Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan pada saat pelaksanaan memandikan bayi. Di antaranya puntung api yang masih memiliki bara dan menyala yang diambil dari tungku masak. Kemudian uang logam, permen, jeruk nipis, dan pernak-pernik lainnya seperti kembang.

Bayi akan dibawa ke Sungai Ogan pada waktu ketika fajar mulai terbit, di mana bayi akan digendong oleh Tetua Adat (Nenek) yang akan memandikan.

Pertama kali turun dari tangga rumah adalah keluarga yang membawa uang logam, permen dan manik-manik. Kemudian diikuti oleh bayi yang digendong Tetua Adat (Nenek) dan disusul pembawa puntung bara api.

BACA JUGA:Tumpeng, Simbol Kebesaran dan Pesan Spiritual dalam Tradisi Indonesia


Memandikan bayi di Sungai Ogan yang merupakan sungai terbesar di Kabupaten OKU, dimaknai agar sang bayi mengenal jati dirinya sebagai pewaris Suku Ogan.--Tangkapan layar youtube.com/@baturajatoday9303

Sebelum meninggalkan rumah, bayi akan dido’akan dahulu. Setelah itu uang logam, permen dan manik-manik akan dilempar ke atas arah warga yang menyaksikan untuk dibagikan.

Hal ini bermakna sebagai luapan kegembiraan dan rasa syukur atas kelahiran sang bayi. Sembari terus diiringi do’a, bayi dibawa menuju Sungai Ogan.

Sesampainya di Sungai Ogan, puntung bara api yang melambangkan atau mengkiaskan sang bayi terhindar dari marabahaya dan menjauhkan perilaku negatif akan dihanyutkan ke sungai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber