Tudingan Peretasan Rusia Terhadap Politisi dan Jurnalis Inggris: Antara Klaim dan Kontroversi

Tudingan Peretasan Rusia Terhadap Politisi dan Jurnalis Inggris: Antara Klaim dan Kontroversi

Kontroversi Dugaan Peretasan Rusia Terhadap Politisi dan Jurnalis Inggris: Membedah Isu yang Menyita Perhatian--(Sumber foto: Instgram @Sitiripersuse)

PALEMBANG, PALTV.CO.ID- Tudingan terhadap peretasan yang diduga terkait dengan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) terhadap politisi dan jurnalis Inggris menjadi sorotan utama dalam pidato parlemen oleh Leo Docherty, anggota parlemen Inggris. 

Meskipun tanpa bukti konkret, klaim tersebut mengecam kelompok peretas yang disebut terafiliasi dengan FSB, yang diduga aktif sejak 2015. 

Artikel ini akan membahas kontroversi di seputar tudingan tersebut, mencakup konteks historis, peristiwa terkini, dan respons dari pihak Rusia.

Klaim Docherty dan Modus Operandi Peretasan

Leo Docherty dalam pidatonya menyampaikan bahwa kelompok peretas yang diyakini terafiliasi dengan FSB telah beroperasi sejak 2015, dengan target yang melibatkan politisi, pegawai negeri, dan jurnalis Inggris. 

BACA JUGA:Cara Diet Tanpa Olahraga: Ikuti 10 Langkah Menuju Berat Badan Ideal

Modus operandi mereka diklaim melibatkan perolehan informasi dengan menyamar sebagai identitas kontak, yang kemudian mengirim tautan berbahaya melalui email. 

Sebagai respons, Docherty menyatakan niat untuk memberlakukan sanksi terhadap dua individu Rusia yang diduga terlibat.

Tautan dengan Kejadian Sebelumnya

Tudingan ini bukan kali pertama peretasan yang terkait dengan FSB menjadi perhatian. 

Pada tahun 2018, kelompok peretas yang disebut terafiliasi dengan FSB membocorkan dokumen dari Institute for Statecraft, entitas pemikir yang memiliki keterkaitan dengan intelijen Inggris. 

BACA JUGA:10 Pola Hidup Sehat: Kunci Menuju Kualitas Hidup yang Lebih Baik

Informasi yang terungkap mencakup berbagai aspek, termasuk pendanaan pemerintah Inggris terhadap jaringan "influencer" pro-Barat di Eropa dan campur tangan di pemilu di Balkan. 

Meski kelompok 'Anonymous' mengaku bertanggung jawab, Badan Kejahatan Nasional Inggris tidak menemukan bukti keterlibatan Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: