Tradisi Midang Morge Siwe Masyarakat Kayuagung, Ternyata Lahir dari Kisah Cinta Julia dan Bastari pada Abad 16

Tradisi Midang Morge Siwe Masyarakat Kayuagung, Ternyata Lahir dari Kisah Cinta Julia dan Bastari pada Abad 16

Tradisi Midang Morge Siwe masyarakat Kayuagung, lahir dari kisah cinta Julia dan Bastari pada abad 16.--instagram.com/@shu_lusmalady

Midang yang kedua yaitu disebut dengan "Midang Bebuke", Midang bebuke inilah adalah bagian dari representasi dilestarikannya tradisi midang Morge Siwe.

BACA JUGA:Wakil Bupati Ogan Ilir Buka Festival Burai 2023, Seni Budaya Khas Ogan Ilir Tampil Meriah

Midang Bebuke adalah arak-arakan para muda mudi yang biasa dilaksanakan setiap tahun yakni di hari ke tiga dan keempat Hari Raya Idul Fitri.

Midang Bebuke juga disebut-sebut sebagai ajang memperkenalkan pakaian adat perkawinan dan pakaian tradisi dalam keseharian turun temurun suku dilingkungan masyarakat Kayuagung.

Di kala itu midang bebuke ini hanya diikuti oleh masyarakat dari 9 kelurahan (sembilan marga) makanya tradisi ini disebut bahasa lain yakni Midang Morge Siwe, yang artinya Midang Sembilan Kelurahan.

Yang terdiri dari Kelurahan Kayuagung Asli,Kelurahan Kutaraya,Kelurahan Kedaton, Kelurahan Jua-jua,Kelurahan Sidakersa,Kelurahan Mangunjaya,Kelurahan Paku dan Kelurahan Sukadana.

BACA JUGA:‘Kalau Jodoh Nggak ke Mana’, Benarkah Demikian? Ternyata Begini Menurut Islam Tentang Jodoh


Midang Morge Siwe Keluarahan Kayauagung Asli.--instagram.com/@pesonasriwijaya

Seiring perkembangan zaman dan kemajuan dalam pengembangan di pemerintahan daerah Kabupaten OKI, kini Midang Morge siwe bertambah meriah karena dari 9 Kelurahan atau 9 Marga telah bertambah menjadi 12 Kelurahan, yang selalu antusias mengikuti tradisi kearifan budaya lokal ini dan tak lekang ditelan zaman.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber