PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Suku Karen, juga dikenal sebagai suku Kayin, adalah salah satu kelompok etnis minoritas di Thailand dan negara-negara sekitarnya seperti Myanmar (Burma) dan juga di bagian barat daya Tiongkok.
Jika bertemu Suku Karena kita akan melihat tradisi menumpuk kalung pada wanita dewasa, remaja puteri dan anak-anak dari suku Karen.
Suku Karen memiliki budaya dan sejarah yang kaya, serta sering kali memiliki tradisi dan bahasa mereka sendiri. Tradisi turun temurun Suku Karen ini menakar kecantikan wanita dari tingginya kalung tembaga yang ditumpuk di leher.
Namun saat ini, dengan alasan kesehatan sebuah tradisi menumpuk kalung di leher yang dilakukan suku Karen Thailan saat ini hampir punah. Meninggikan leher dengan kalung tembaga ini tentu menyakitkan dan membuat leher kaku. Untuk alasan kesehatan pemakaian kalung di leher ini sangat jauh berkurang.
BACA JUGA:Agar Hidup Semakin Bahagia, Bangun Kedamaian Diri dengan Langkah seperti ini
Suku Karen terkenal karena tradisi pakaian mereka yang khas, termasuk pakaian yang dihiasi dengan warna-warna cerah dan corak unik.
Mereka juga memiliki keahlian dalam kerajinan tangan seperti tenun, anyaman, dan pembuatan barang-barang tradisional. Suku Karen dikenal memiliki tradisi musik dan tarian yang hidup dan ekspresif.
Uniknya, kalung Suku Karen ini tidak menjuntai di dada, melainkan melingkar di leher dan terus ditumpuk sehingga membuat leher-leher wanita Karen menjadi jenjang atau panjang.
Tradisi kalung panjang di leher perempuan suku Karen di Thailand adalah bagian dari budaya dan identitas mereka yang khas. Suku Karen adalah kelompok etnis yang tersebar di berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Thailand.
BACA JUGA:Atlet Karate Forki Sumsel Siap Beri Kejutan di Ajang POPNAS XVI
Salah satu ciri khas yang membedakan suku Karen adalah tradisi mengenakan kalung tembaga yang dikenal dengan sebutan "giraffe women" atau "long-necked women" karena kalung ini membuat leher mereka terlihat panjang.
Tradisi ini biasanya dimulai pada usia muda dan dilakukan melalui pemasangan beberapa kalung tembaga bertumpuk secara bertahap. Leher perempuan Karen dianggap semakin cantik dan elegan dengan setiap kalung tambahan yang dikenakan.
Proses ini dilakukan bertahap dan leher sebenarnya tidak menjadi lebih panjang, namun penampakan leher tampak lebih panjang karena adanya pemanjangan leher yang relatif datar di bawah kalung.
Namun, perlu dicatat bahwa tradisi ini telah menuai kontroversi karena beberapa alasan. Beberapa kalangan menganggapnya sebagai bentuk eksotisme yang merendahkan dan mengkomodifikasi budaya suku Karen.
BACA JUGA:Memeriahkan HUT RI Ke-78, Ratusan Pelajar di Prabumulih Ikuti Lomba Gerak Jalan Indah