Berakhirnya Rezim Bashar al-Assad! Suriah Bebas Dari Tangan Besi

Senin 09-12-2024,09:28 WIB
Reporter : johanes
Editor : Hanida Syafrina

Hal ini memberikan celah bagi pemberontak untuk kembali merebut kendali atas Damaskus, yang menjadi titik akhir dari kekuasaannya.  

Konflik yang Membelah Suriah 

Salah satu faktor yang memperpanjang perang saudara di Suriah adalah sektarianisme. Assad menggambarkan dirinya sebagai pemimpin sekuler yang mempertahankan nasionalisme Arab.

Namun, konflik di Suriah dengan cepat berubah menjadi perang sektarian, dengan dukungan yang terpolarisasi berdasarkan identitas agama dan etnis.  

BACA JUGA:Bawaslu Sumsel Soroti total DPK dan Suara Tidak Sah di Pilkada Sumsel 2024

BACA JUGA:Ibu Hamil dan Berkebutuhan Khusus Dapat pelayanan Prioritas Pada Seleksi PPPK

Pihak-pihak seperti Iran dan kelompok milisi Syiah memberikan dukungan penuh kepada Assad, sementara negara-negara Sunni seperti Turki dan Qatar mendukung kelompok pemberontak.

Ketegangan ini semakin memperburuk situasi, menyebabkan puluhan ribu kematian dan penghancuran besar-besaran.  

Akhir Rezim Assad

Dengan runtuhnya Damaskus ke tangan pemberontak, rezim Bashar al-Assad secara resmi berakhir setelah 24 tahun memerintah.

Penyerahan kendali ibu kota oleh militer Suriah menjadi titik balik yang mengakhiri dominasi keluarga Assad di Suriah.  

BACA JUGA:ChatGPT Pro Resmi Hadir, Lebih Pintar Tapi Siapkah Kantongmu?

BACA JUGA:Segarnya Es Teh, Teman Setia di Cuaca Panas

Kejatuhan Bashar al-Assad mencerminkan kegagalan seorang pemimpin yang mengandalkan kekuatan militer untuk mempertahankan kekuasaan.

Meskipun ia berhasil bertahan selama lebih dari satu dekade di tengah gejolak perang, strategi tangan besinya tidak mampu membendung pemberontakan yang terus bergulir.  

Era baru kini dimulai di Suriah, meskipun masa depan negara tersebut masih penuh ketidakpastian. Setelah puluhan tahun di bawah rezim otoriter, tantangan besar menanti untuk membangun kembali Suriah yang stabil dan damai.

Kategori :