BACA JUGA:Alhamdullilah, 4 dari 5 Korban Hilang Insiden Robohnya Jembatan Lalan Berhasil Ditemukan
Pada bulan Juli 2024, penjualan kendaraan listrik di wilayah ini meningkat sebesar 7,1%.
Meskipun tidak sebesar pertumbuhan di Cina, angka ini tetap menunjukkan bahwa minat konsumen terhadap kendaraan listrik terus meningkat.
Hal ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk insentif pemerintah, meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan, serta peningkatan ketersediaan infrastruktur pengisian daya.
Sementara itu, di Cina, pertumbuhan penjualan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) mencatat angka yang mengesankan.
BACA JUGA:Pemkot Palembang Optimis Jadi Percontohan Kabupaten dan Kota Antikorupsi
BACA JUGA:5 Orang Dinyatakan Hilang dalam Insiden Jembatan Ambruk di Kecamatan Lalan
Selama tujuh bulan pertama tahun 2024, penjualan PHEV di Cina naik 70% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh kinerja kuat dari BYD, yang merupakan produsen kendaraan listrik terbesar di dunia saat ini.
BYD melaporkan peningkatan penjualan battery electric vehicle (BEV) sebesar 13% dan PHEV sebesar 44% secara global pada periode yang sama.
Charles Lester juga menyoroti bahwa BYD terus mencatat rekor penjualan hibrida plug-in (PHEV) yang menjadi kontributor utama bagi pertumbuhan ini.
BACA JUGA:Pemkab Banyuasin Gandeng Kabupaten Brebes untuk Tingkatkan Produksi Bawang Merah
BACA JUGA:Diam-diam Kejari OKU Tetapkan 2 Tersangka Dugaan Korupsi Optimasi Lahan
Selain itu, kendaraan range extender, yang merupakan mobil hibrida bertenaga baterai dengan generator on-board untuk mengisi ulang daya, juga terjual dalam jumlah besar di Cina.
Fenomena ini menunjukkan bahwa konsumen di Cina semakin tertarik pada teknologi kendaraan listrik yang menawarkan fleksibilitas dan keandalan yang lebih tinggi.
Namun, di Eropa, situasi yang dihadapi justru sebaliknya. Penjualan kendaraan listrik di Eropa mengalami penurunan bulanan sebesar 7,8% pada bulan Juli 2024.