Tren mengenai penyebab dan frekuensi kanker ovarium pada wanita

Tren mengenai penyebab dan frekuensi kanker ovarium pada wanita

Edukasi kanker ovarium pada wanita--Gambar : freepik.com

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Tren mengenai penyebab dan frekuensi kanker ovarium pada wanita dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan gaya hidup, lingkungan, faktor genetik, dan peningkatan kesadaran serta akses terhadap pemeriksaan medis. 

Pada artikel edukasi yang kami buat ini dilansir dari Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dan info yankes.kemkes.go.id, banyak informasi yang menyangkut Kanker Ovarium yang menyerang wanita. untuk itu perlunya informasi yang dapat mengedukasi kaum wanita agar dapat menyesuaikan pola hidup sehat untuk dapat mengindikasikan penyakit ini lebih awal.

Kanker ovarium merupakan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali yang terjadi di ovarium, organ penting dalam sistem reproduksi wanita.

Sel-sel kanker ini berkembang dengan cepat dan dapat menyerang atau merusak jaringan tubuh yang sehat. Setiap wanita memiliki dua ovarium, yang berukuran sekitar seperti almond, dan ovarium ini berperan dalam menghasilkan sel telur (ovum), hormon estrogen, dan hormon progesteron. Pengobatan untuk kanker ovarium umumnya melibatkan pembedahan dan kemoterapi.

BACA JUGA:Kabupaten Banyuasin Dilanda Kabut Asap Karhutla, Masyarakat Diimbau Hindari Polusi Udara dan Jaga Kesehatan

Kanker ovarium, juga dikenal sebagai kanker indung telur, cenderung lebih umum terjadi pada wanita yang berusia antara 50 hingga 70 tahun. Kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti panggul dan perut, melalui sistem limfatik dan pembuluh darah, bahkan dapat menjangkiti organ vital seperti hati dan paru-paru.

Penderita kanker ovarium sering mengalami gejala yang dapat mengindikasikan penyakit ini, termasuk haid tidak teratur, perdarahan uterus di luar siklus menstruasi (metrorrhagia), nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut, dispepsia (nyeri atau ketidaknyamanan pada perut bagian atas), sering berkemih, peningkatan lingkar perut, perut kembung, dan mual.

Penting untuk diingat bahwa kanker ovarium yang dideteksi pada tahap awal lebih dapat diobati daripada yang terdeteksi pada tahap lanjut.

Penyebab pasti terjadinya mutasi genetik yang menyebabkan kanker ovarium masih belum diketahui. Meskipun begitu, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang menderita kanker ovarium, seperti usia di atas 50 tahun, merokok, menjalani terapi penggantian hormon saat menopause, memiliki anggota keluarga yang juga menderita kanker ovarium atau kanker payudara, obesitas, endometriosis, atau sindrom Lynch, dan pernah menjalani radioterapi.

BACA JUGA:Mengapa Keloid Bisa Timbul? Berikut Penyebab dan Faktor Risiko Keloid!!!


Edukasi kanker ovarium pada wanita--Gambar : freepik.com

 

Gejala kanker ovarium bisa sulit dideteksi pada tahap awal, dan gejalanya pada tahap lanjut tidak spesifik dan bisa mirip dengan penyakit lain.

Beberapa gejala yang mungkin muncul termasuk perut kembung, cepat merasa kenyang, nyeri perut, mual, konstipasi (sembelit), perut membengkak, penurunan berat badan, sering buang air kecil, nyeri di bagian bawah punggung, nyeri saat berhubungan seksual, keluar darah dari vagina, dan perubahan dalam siklus menstruasi bagi mereka yang masih mengalaminya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber