Video: Sangrai Kopi Tertua di Prabumulih

Video: Sangrai Kopi Tertua di Prabumulih

Para pekerja Kopi Larona Gunung Dempo di Prabumulih sedang menyangrai kopi secara tradisional.-Benny Firdaus-PALTV

PRABUMULIH, PALTV.CO.ID - PRABUMULIH bukanlah daerah penghasil biji kopi. Tapi tahukah Anda bahwa di kota terbesar ketiga di Sumatera Selatan ini punya tempat sangrai kopi tertua yang berusia setengah abad. Rumah sangrai yang diberi nama kopi Larona Gunung Dempo ini masih mengolah kopi dengan cara tradisional menggunakan kayu bakar.

Sejak pukul tujuh pagi, tiga orang karyawan yang sudah bekerja puluhan tahun mulai menyiapkan tempat sangrai biji kopi. Satu orang mengambil kayu bakar, sementara yang lain mempersiapkan alat pemutar drum besar, yaitu tempat biji kopi yang akan disangrai. Setelah semuanya siap, biji kopi yang dipetik dari perkebunan Semendo Kabupaten Muara Enim mulai dimasukkan. Untuk satu drum  bisa menampung 220 kilogram biji kopi.

Apabila api mulai membesar, drum yang berisi biji kopi mulai diturunkan. Agar matangnya sempurna, diperlukan waktu sekitar dua jam setengah. Proses pembuatan bubuk kopi tidak terhenti di situ saja. Biji kopi yang sudah menghitam mulai dikeluarkan dan didinginkan menggunakan kipas angin, sambil diaduk dengan menggunakan sekop kayu.

“220 kilogram per drum. Lalu waktu pemanggangannya sekitar dua jam setengah. Setelah itu kita dinginkan pakai kipas sekitar dua jam juga. Lalu kita kemas, kita packing dalam karung. Besoknya baru kita proses untuk penggilingan,” jelas Aden Thamrin pemilik usaha Kopi Larona Gunung Dempo.


Proses menyangrai kopi secara tradisional masih dilakukan Kopi Larona Gunung Dempo di Kota Prabumulih.-Benny Firdaus-PALTV

BACA JUGA:Kain Tenun Berbahan Serat Daun Nanas Khas Prabumulih

BACA JUGA:Video: Limbah Sabut Kelapa Banyuasin Bernilai Produk Ekspor

Kopi Larona Gunung Dempo yang terletak di Jalan Tampomas nomor 42 Kelurahan Muaradua Kecamatan Prabumulih Timur sudah dijalankan oleh generasi kedua. Aden Thamrin menceritakan bahwa yang pertama kali menjalankan usaha sangrai kopi adalah sang ayah pada tahun 1971 silam. Awalnya lokasi tempat sangrai kopi ini berada di daerah Pasar Prabumulih. Namun karena kebutuhan dan meningkatnya jumlah produksi, lokasinya dipindahkan.

“Usaha ini dari orang tua. Dulu dirintis tahun 1971. Awalnya kita tinggal di pasar ya. Karena kebutuhan lalu pindah ke sini,” ungkap Aden.


Pekerja Kopi Larona Gunung Dempo mendinginkan biji kopi yang telah disangrai.-Benny Firdaus-PALTV

Saat puncak pandemi Covid-19, usaha sangrai dan penggilingan kopi milik Aden sempat mengalami guncangan. Hal itu diakibatkan adanya pembatasan wilayah sehingga membuat permintaan menurun drastis. Ayah tiga anak ini mengaku akan terus melestarikan cara tradisional karena memiliki aroma khas dibanding menggunakan mesin.

“Kita tetap mempertahankan tradisional. Cuma pengolahannya sudah agak semi modern, sudah pakai mesin,” jelas Aden.

BACA JUGA:Salai Tempoyak Khas Lahat, Makanan Tradisional Desa yang Menggugah Selera

BACA JUGA:Mengenal Lemang, Makanan Tradisional yang Bikin Ketagihan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: paltv