Menelusuri Sejarah di Benteng Amsterdam, Maluku

Menelusuri Sejarah di Benteng Amsterdam, Maluku

Menelusuri Sejarah di Benteng Amsterdam, Maluku--Instagram\ ed.shotzz

BACA JUGA: 10 MPV Terbaru dan Paling Diburu di Indonesia, Apa Saja yang Masuk Daftar?

Setelah mengetahui bahwa Maluku adalah kepulauan asal rempah yang sangat berharga di Eropa, Portugis segera datang ke Maluku dan mendirikan gudang serta pertahanan untuk melindungi diri dari serangan masyarakat pribumi.

Namun, lama kelamaan, masyarakat Ambon merasa dirugikan oleh keserakahan Portugis dalam memperoleh keuntungan dari rempah-rempah di Nusantara. Hingga akhirnya pada akhir abad ke-16, rakyat Maluku mulai melakukan perlawanan terhadap Portugis.

Situasi ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menarik simpati masyarakat Maluku dan mulai menjejakkan kekuasaan di tanah Maluku.

Ketika Pulau Ambon dikuasai oleh VOC pada tahun 1605, secara otomatis kepemilikan bangunan ini beralih kepada VOC. Namun, masyarakat tidak puas dan akhirnya berperang dengan VOC pada tahun 1633, yang dikenal sebagai Perang Hitu II.

BACA JUGA:Memahami Serta Mengatasi Masalah Understeer dan Oversteer Pada Mobil Kesayangan Anda

Pengelola Benteng Amsterdam, Damir Lating, mengungkapkan bahwa kunjungan wisatawan ke benteng ini cukup ramai terutama pada akhir pekan, mencapai ratusan orang.

Bahkan, banyak turis asing yang datang berkunjung dari berbagai negara, terutama dari Belanda. Pengunjung dapat menikmati suasana di Benteng Amsterdam yang tenang dan menawan.

Negeri Hila, tempat berdirinya Benteng Amsterdam, ternyata meraih juara pertama Anugerah Desa Wisata Indonesia pada tahun 2022 untuk kategori pengelola homestay yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Selain wisata sejarah, Negeri Hila juga memiliki keindahan alam, budaya, dan rumah-rumah adat yang terjaga dengan baik. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, saat berkunjung ke Negeri Hila, menyebut tempat tersebut sebagai titik nol jalur rempah dengan program "Indonesia Spice of The World".

BACA JUGA:Resep Pindang Serani: Pilihan Lezat untuk Menu Makan Siang yang Menggugah Selera

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Afandi Hasanusi, mengungkapkan rasa syukur atas pencapaian tersebut, yang merupakan hasil kerja keras masyarakat dan semua pihak dalam memajukan sektor pariwisata Maluku.

Konsistensi dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas serta kuantitas harus terus dijaga untuk memastikan keberlanjutan dan kemajuan pariwisata daerah ini.

Memasuki tahun 2023, Pemprov Maluku telah menyusun 32 agenda wisata sebagai upaya memperkenalkan provinsi ini ke kancah nasional.

Lawa Pipi adalah tradisi warga setempat saat Idul Adha dengan membawa lari kambing, yakni memanggul kambing yang akan dikurbankan dalam prosesi tawaf atau memutar masjid Hila sebanyak tujuh kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber