Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Helikopter

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Helikopter

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Helikopter--foto: instagram@samarindaterkini

Sikap dan Kebijakan

Raisi dikenal dengan retorika kerasnya terhadap Israel dan Amerika Serikat, serta sekutu Barat mereka. Sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober lalu, ia sering berpidato mengutuk "genosida" dan "pembantaian" yang dilakukan Israel terhadap Palestina, serta menyerukan intervensi komunitas internasional.

Ia berjanji untuk membalas dendam terhadap Israel setelah negara tersebut menghancurkan gedung konsulat Teheran di Suriah dan membunuh tujuh anggota Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), termasuk dua jenderal.

Sebagai tanggapan, Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal ke Israel, meskipun sebagian besar berhasil ditembak jatuh oleh koalisi sekutu Israel – namun Iran mengklaim ini sebagai kesuksesan keseluruhan.

BACA JUGA: Panduan Praktis untuk Menemukan Rest Area Terdekat di Setiap Perjalanan Pulang-Pergi!

Raisi juga dikenal hawkish terhadap kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan kekuatan dunia, atau Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang terkatung-katung setelah mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan itu pada tahun 2018.

Raisi adalah pendukung kebijakan strategis "perlawanan" dan "ketahanan" yang diadopsi Khamenei dalam menghadapi sanksi terberat yang pernah dihadapi Iran – yang diberlakukan setelah kesepakatan nuklir gagal.

Sebagai sekutu dekat IRGC, Raisi juga merupakan pendukung kuat "poros perlawanan" dari kelompok-kelompok politik dan bersenjata yang didukung Iran di seluruh wilayah, termasuk di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman.

Ia juga menjadi pendukung kuat Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung Iran dalam perang pemerintahannya melawan oposisi Suriah, yang telah menewaskan ratusan ribu orang.

Meninggalnya Raisi meninggalkan kekosongan signifikan dalam kepemimpinan Iran, terutama mengingat perannya yang potensial sebagai penerus Ayatollah Ali Khamenei. Negara tersebut kini berada dalam masa berkabung dan ketidakpastian politik yang tinggi.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber