BI Dominan MIliki 23 Persen Surat Berharga Negara (SBN) pada Perdagangan Pekan Ini

BI Dominan MIliki  23 Persen Surat Berharga Negara (SBN) pada Perdagangan Pekan Ini

BI Dominan MIliki 23 Persen Surat Berharga Negara (SBN) Pada Perdagangan Pekan Ini--free pik.com

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Bank Indonesia (BI) telah berhasil menjadi pemegang terbesar Surat Berharga Negara (SBN) yang diperdagangkan di pasar.

Kepemilikan Bank Indonesia (BI) atas Surat Berharga Negara (SBN) dalam mata uang rupiah mencapai 23% dari total SBN yang diperdagangkan pekan ini, melampaui kepemilikan bank-bank lain.

Pada awal tahun 2020 kepemilikan BI atas SBN masih di bawah 5%, namun kini telah meningkat signifikan sebagai bagian dari kebijakan di era pandemi

Pembelian obligasi oleh BI telah menjadi alat utama bagi Indonesia untuk melawan dominasi dolar sepanjang tahun ini.

BACA JUGA:Daihatsu yang Mewakili 21,3% Penjualan Nasional Capai 60 Ribu Unit Terjual Pada Awal Tahun 2024

Bank Indonesia mengejutkan pasar dengan kenaikan suku bunga pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2024.

Serta berkomitmen untuk mempertahankan upaya mendorong rupiah melewati level Rp16.000 per dolar. ASBI kini bergabung dengan Bank of Japan (BOJ) sebagai bank sentral yang memiliki porsi terbesar dalam kepemilikan obligasi pemerintahnya (Japanese Bond).

Myrdal Gunarto, analis dari Malayan Banking Bhd, mengatakan bahwa status BI sebagai pemegang terbesar SBN memungkinkan BI untuk meredam volatilitas di tengah lingkungan pasar global yang tidak stabil.

Gunarto mengungkapkan, perkembangan yang baik untuk pasar obligasi Indonesia.

BACA JUGA: Update Terbaru! Inilah Daftar Lengkap Kode Plat Nomor Kendaraan Baru di Indonesia

Pada awalnya, BI meningkatkan pembelian SBN untuk membatasi defisit anggaran selama pandemi dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Langkah ini sejalan dengan negara-negara lain seperti Filipina. 

Namun, kebijakan tersebut kini digunakan untuk menstabilkan imbal hasil obligasi guna mencegah arus keluar selama volatilitas pasar.

Seperti yang terjadi bulan lalu ketika mata uang Asia tertekan oleh spekulasi bahwa The Fed akan menunda penurunan suku bunga.

Kebijakan-kebijakan tersebut tampaknya membuahkan hasil. Investor luar negeri telah mengakuisisi obligasi dalam mata uang rupiah senilai sekitar $230 juta pada bulan ini, yang menyebabkan peningkatan nilai rupiah hampir 2% terhadap dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber