Rupiah Tertekan pada Sebulan Terakhir dan begini Prospek Rupiah Pasca Lebaran

Rupiah Tertekan pada Sebulan Terakhir dan begini Prospek Rupiah Pasca Lebaran

Rupiah Tertekan pada Sebulan Terakhir dan begini Prospek Rupiah Pasca Lebaran--freepik.com

PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Dalam kurun waktu sebulan terakhir, rupiah mengalami pelemahan yang berkelanjutan.

Meskipun pada akhir pekan ini, terdapat sedikit kekuatan yang terlihat di pasar spot, di mana rupiah menguat sebesar 44 poin atau naik sebesar 0,28% menjadi Rp 15.848 per dolar Amerika Serikat (AS).

Namun demikian, dalam rentang seminggu terakhir, rupiah masih mencatatkan penurunan sebesar 0,16% dari penutupan pekan sebelumnya yang berada di level Rp 15.873 per dolar AS.

Menurut analis komoditas dan mata uang, Lukman Leong, pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh sentimen dari luar negeri.

BACA JUGA:Ternyata ini alasan Honda Tidak Membangkitkan Honda Tiger Lagi Sama Honda?

Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah belum turunnya suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve), sehingga perbedaan suku bunga antara AS dan Indonesia menjadi lebih kecil. 

Selain itu, penurunan yield obligasi AS dalam sebulan terakhir juga menjadi faktor penekan. Hal ini menunjukkan bahwa harga obligasi AS meningkat,

Sehingga investasi di negara tersebut menjadi lebih menarik bagi investor, yang kemudian menarik dananya dari negara-negara berkembang seperti Indonesia dan mengalihkannya kembali ke AS.

Di sisi lain, sentimen dari dalam negeri juga memberikan kontribusi terhadap pelemahan rupiah, terutama karena adanya momen Ramadan dan Lebaran Idul Fitri.

BACA JUGA:Rayakan Hari Jadi Ke 75 Tahun, Nato Sering Menghadapi Sejumlah Ancaman Diantaranya Trump

Peningkatan pengeluaran masyarakat selama periode ini diperkirakan akan mendorong inflasi. 

Lukman menyatakan bahwa jika Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga, rupiah berpotensi melemah hingga mencapai Rp 16.000 per dolar AS.

Namun, jika Bank Indonesia terus melakukan intervensi, cadangan devisa negara akan terus berkurang.

Analisis menyatakan bahwa kondisi saat ini cukup kompleks, dengan Bank Indonesia diprediksi akan melakukan intervensi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber