Peran Kendaraan Niaga Listrik Mitsubishi L100 EV hingga DFSK, Pengusaha Logistik Ingin Konversi

Peran Kendaraan Niaga Listrik Mitsubishi L100 EV hingga DFSK, Pengusaha Logistik Ingin Konversi

Peran Kendaraan Niaga Listrik Mitsubishi L100 EV hingga DFSK, Pengusaha Logistik Ingin Konversi--free pik.com

BACA JUGA:Pesan di Instagram Yang Sudah Terkirim Kini Bisa Diedit dan Menyematkan Percakapan

 L100 EV dapat menghasilkan tenaga hingga 31 kW dengan torsi maksimum 195 Nm.

Proses pengisian menggunakan charger AC memakan waktu hingga 7,5 jam untuk pengisian penuh, sementara menggunakan DC hanya membutuhkan 42 menit hingga 80%.

Harga on-the-road (OTR) untuk L100 EV dengan desain blind van ini sekitar Rp320 juta. Namun, harga ini hanya berlaku selama periode Februari-April 2024.

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mengusulkan penerapan konversi kendaraan niaga sebagai alternatif utama dibandingkan menggunakan battery electric vehicle (BEV) untuk memenuhi kebutuhan pengiriman barang di Indonesia.

BACA JUGA:KPU Musi Banyuasin Buka Kotak Suara pada Rapat Pleno Terbuka Tingkat Kabupaten

Mahendra Rianto, Ketua Umum ALI, menggarisbawahi bahwa biaya yang diperlukan untuk mengadopsi kendaraan niaga berbasis baterai, atau BEV, cenderung lebih tinggi daripada versi konversi dari kendaraan konvensional.

Menurutnya, biaya satu unit produk yang dikonversi hanya sekitar 60-70% dari harga mobil niaga berbasis baterai. ALI juga mendorong pemerintah untuk memberikan izin perubahan STNK agar kendaraan konversi dapat dijalankan secara resmi.

"Kami sedang berdiskusi dengan Kementerian Perhubungan untuk memperoleh izin guna mengubah kendaraan dari diesel ke listrik. Kami berencana mengganti sasis dengan komponen-komponen listrik," ungkapnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Selain itu, Rianto berharap agar pemerintah segera melakukan evaluasi untuk meningkatkan jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) guna memfasilitasi proses pengisian baterai kendaraan.

BACA JUGA:2 Kali Hendak Mencuri Emas dan Dipergoki Pemilik Toko Mas di Kayuagung, 1 Pelaku Ini Dikurung Selama 3 Jam

Dia juga menekankan bahwa dalam upaya mengadopsi kendaraan listrik, tidak perlu beralih terlebih dahulu ke teknologi hybrid atau memperhatikan standar emisi Euro.

Menurutnya, peraturan terkait standar untuk baterai dan infrastruktur perlu diperketat.

Selain itu, insentif dan subsidi dianggap sangat penting untuk mendukung skema konversi kendaraan niaga. Rianto mencontohkan langkah pemerintah yang memberikan subsidi sebesar Rp7 juta untuk sepeda motor listrik.

Di pasar otomotif Indonesia, DFSK telah memasarkan produk mobil niaga berbasis baterai asal China. Mobil tersebut dijual seharga sekitar Rp350 juta dan menggunakan baterai Lithium Iron Phosphate yang dapat menempuh jarak hingga 300 km.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber