Ketika Sedang Sakit, Ikhlaslah Menerima Ketentuan Allah SWT

Ketika Sedang Sakit, Ikhlaslah Menerima Ketentuan Allah SWT

Ketika Sedang Sakit, Ikhlaslah Menerima Ketentuan Allah SWT ----Gambar : https://unsplash.com/@towfiqu999999

Namun demikian, Rasulullah sebagai nabi terakhir juga mengalami masa-masa sakit, kesulitan ekonomi, kekurangan pangan, luka-luka, bahkan giginya tanggal saat mengalami kekalahan dalam perang. 

Seberapa saleh dan alimnya seorang manusia, ia tetap akan dihadapkan pada perubahan nasib yang terus berubah. 

Hidup ini terkadang memberi kebahagiaan, kadang pula menyuguhkan kesedihan, saat berlimpah kadang juga dalam keterbatasan. 

Bahkan, kenikmatan makanan yang lezat atau keindahan wanita tidak memiliki nilai apa pun ketika seseorang tengah dilanda dukacita, sakit, atau kehilangan kesehatan dan kecerdasan. 

BACA JUGA:Maraknya Nikah Misyar, Apa Itu Nikah Misyar dan Bagaimana Hukumnya dalam Islam?

Oleh karena itu, apa gunanya hidup mewah dan gemerlap dunia yang hanya bersifat sesaat dan fana? Apa artinya kekayaan dan kekuasaan dunia jika kita salah dalam mengelola dan memanfaatkannya? Ali bin Abi Thalib, seorang khalifah dan sahabat Nabi, pernah memberikan nasihat kepada Malik bin Harits al-Asytar, seorang pejabat tinggi di Mesir pada saat itu. 

Dia menegaskan bahwa setiap tindakan seorang pemimpin adil akan dicatat dalam sejarah dengan emas.

Sementara itu, pemimpin yang korup dan sewenang-wenang akan tertulis dengan catatan yang kelam dalam sejarah. 

Semuanya tergantung pada kebijakan yang diambil, apakah pemimpin tersebut mampu berkomunikasi dengan keadilan rakyat dan menghormati keagungan Tuhan, ataukah dia hanya memperhatikan citra dirinya sendiri untuk mendapat pengakuan dari kelompoknya, tanpa memperhitungkan kemuliaannya di hadapan Tuhan.

BACA JUGA:Raih Kesuksesan dengan Menjaga Konsisten Melalui Cara Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT Seperti Ini!

 

Berserah pada Takdir 

Seperti halnya takdir hidup manusia, setiap wilayah dan kekuasaan memiliki nasibnya sendiri. Tidak selamanya berada pada puncak kejayaan, dan juga tidak selalu berada pada masa kesulitan. 

Rasulullah ﷺ pun juga mengalami masa naik-turun dalam kepemimpinannya, baik di Mekah maupun Madinah, sebagai bagian dari kodrat hidup yang telah ditetapkan oleh Allah, Sang Pencipta yang memiliki kuasa penuh atas segalanya. 

Tidak hanya itu, Banyaknya ibadah yang kita kerjakan tidak berarti jika kualitasnya rendah. Kesehatan, keberlimpahan rezeki, dan masuk surga pada hakikatnya adalah karena kasih sayang Allah, bukan semata-mata karena banyaknya amal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber