Pelaksanaan Sedekah Rami biasanya dimulai dengan gotong royong membersihkan desa dan menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lemang, makanan khas dari beras ketan dan santan yang dimasak dalam bambu.
Lemang menjadi simbol hasil bumi yang melimpah dan rasa syukur atas rezeki dari alam.
Pada hari pelaksanaan, masyarakat berkumpul di makam Puyang Burung Jauh untuk berziarah.
Di sana mereka membaca doa bersama, memohon keselamatan, serta mendoakan arwah leluhur yang dianggap telah berjasa membuka desa.
Setelah ziarah selesai, masyarakat kembali ke balai desa atau lapangan untuk mengikuti acara puncak — pembagian dan perebutan lemang.
BACA JUGA:Dadar Jiwo, Kuliner Tradisional Palembang dengan Isian Pepaya Muda yang Unik
BACA JUGA:MIN 2 Palembang Kantongi Juara 1 Paramount School League 2025
Dalam suasana penuh tawa dan suka cita, tokoh adat melempar lemang dari atas rumah panggung kepada warga yang menunggu di bawah.
Sedekah Rami bermula dari peristiwa di masa lampau ketika desa-desa di wilayah Muba--ig@mubaonline
Masyarakat berebut lemang tersebut karena dipercaya membawa berkah dan keberuntungan bagi siapa pun yang mendapatkannya.
Tradisi ini menciptakan keakraban dan kebahagiaan yang menyatukan seluruh warga tanpa memandang usia atau status sosial.
Nilai Sosial dan Budaya
Lebih dari sekadar ritual, Sedekah Rami mengandung nilai-nilai luhur yang masih relevan hingga kini:
Rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan rezeki yang diterima.
Gotong royong dan solidaritas sosial, karena seluruh warga ikut berpartisipasi.
BACA JUGA:Satres Narkoba Polres Ogan Ilir Musnahkan Barang Bukti 10 Ribu Pil Ineks dan 408,45 Gram Sabu