Mobil Cina Vs MObil Jepang: Bandingkan Segi Design, Teknologi dan Nilai Jual

Rabu 09-07-2025,08:25 WIB
Reporter : alian afwu sugar
Editor : Hanida Syafrina

 Salah satu jawabannya terletak pada persepsi masyarakat terhadap kualitas dan nilai jual kembali.

Sebagian besar konsumen Indonesia masih memandang barang buatan Cina identik dengan kualitas yang diragukan.

Ini wajar jika merujuk pengalaman puluhan tahun lalu, ketika produk Cina memang kerap kalah mutu dibanding Jepang atau Eropa.


Dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif global mengalami perubahan signifikan.--youtube@cvtindonesia

Padahal realitanya, banyak produk Cina kini sudah diakui kualitasnya. Di industri gadget, Xiaomi dan DJI menjadi contoh betapa pabrikan Cina mampu membuat produk bermutu tinggi.

Begitu pula di sektor otomotif: BYD menjadi produsen kendaraan listrik (EV) terlaris di dunia, menandakan reputasi yang tak bisa lagi diremehkan.

BACA JUGA:Siswa Baru SDN 41 Palembang Ikuti MPLS Selama 3 Hari

BACA JUGA:Satu Rumah Warga Roboh di Sungai Pinang Nibung, Begini Sebabnya!

Tetapi di Indonesia, faktor harga jual kembali tetap menjadi pertimbangan krusial.

Sebagai ilustrasi, mobil Wuling Almaz 1.5 CVT yang harga barunya sekitar Rp343 juta di tahun 2025, harga bekas produksian 2023 sudah turun hingga Rp190 jutaan, alias depresiasi hampir Rp150 juta dalam dua tahun.

Kontras dengan Mitsubishi Xpander tipe GLS, yang harga barunya sekitar Rp279 juta dan mobil bekasnya tahun 2023 masih berkisar Rp227 juta.

Depresiasi lebih kecil ini membuat konsumen merasa lebih aman membeli mobil Jepang.

Selain itu, persepsi bahwa semakin banyak fitur justru semakin banyak potensi masalah juga masih kuat.

BACA JUGA:Harnojoyo 'Ngebut' Masuk Mobil Tahanan Usai Diperiksa Sebagai Tersangka Korupsi Pasar Cinde

BACA JUGA:Indonesia Masuk Kategori Negara IQ Terendah, Benarkah?

Konsumen khawatir layar sentuh untuk kontrol AC atau pengaturan mobil rawan error, ghost touch, atau kerusakan lain.

Kategori :