BACA JUGA:HP 1 Jutaan dengan Penyimpanan 64GB, Solusi Ruang Luas Tanpa Harus Mahal
Dari segi kualitas esai dan kedalaman berpikir, esai yang ditulis dengan bantuan ChatGPT memang dinilai lebih baik secara struktur dan tata bahasa, baik oleh guru maupun AI.
Namun, esai tersebut cenderung homogen, penuh pengulangan frasa umum, nama-nama yang berulang, serta pola-pola yang dapat diprediksi.
Sebaliknya, esai dari kelompok Otak Saja menunjukkan keragaman kosakata dan pemikiran kritis yang lebih kuat.
Meski tampak lebih “rapi”, esai buatan AI ternyata kekurangan kedalaman dan orisinalitas, yang memunculkan pertanyaan besar dalam dunia pendidikan: mana yang lebih penting—kualitas permukaan atau usaha kognitif yang nyata?
BACA JUGA:Ini Deretan Samsung Galaxy yang Sudah Support Wireless Charging
BACA JUGA:Sengit! MCB Berhasil Tumbangkan Eagle Wolves dengan Skor 47-37
Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT menawarkan manfaat luar biasa.
Penggunaannya dapat mengurangi keterlibatan mental, melemahkan ingatan, dan menurunkan rasa keterhubungan pribadi terhadap hasil kerja.
Para peneliti memberikan peringatan mengenai penggunaan AI secara berlebihan di lingkungan akademik, terutama jika tujuan utamanya adalah menumbuhkan pemikiran mandiri di kalangan pelajar.