PALTV.CO.ID,- Bank sentral Tiongkok baru-baru ini mengambil langkah-langkah untuk meredam kenaikan Yuan begitu cepat di tengah perubahan pasar global.
Setelah mengalami penurunan signifikan sepanjang tahun, yuan mulai bangkit kembali dengan menguat 1,3% terhadap dolar AS pada bulan Agustus.
Kenaikan Yuan hampir menghapus kerugian yang diderita mata uang tersebut selama paruh pertama tahun ini.
Pada akhir minggu, yuan berada di jalur untuk mencatat kenaikan mingguan kelima berturut-turut, yang merupakan peningkatan beruntun terpanjang dalam lebih dari tiga tahun terakhir.
BACA JUGA:Kemenkumham Sumsel Ikuti Pelatihan Kepemimpinan Nasional untuk Tingkatkan Kompetensi
BACA JUGA:Menkumham RI: RUU Paten Harapan Bagi Perlindungan Kekayaan Intelektual
Kenaikan yuan ini terjadi meskipun tantangan ekonomi domestik Tiongkok, seperti ekonomi yang lesu dan arus modal keluar, tetap ada.
Penguatan yuan didorong oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga, yang berdampak melemahkan dolar AS, serta lonjakan nilai yen Jepang.
Namun, pihak berwenang di Tiongkok menyadari bahwa apresiasi yuan yang terlalu cepat dapat mengguncang pasar keuangan domestik dan merugikan para eksportir.
Untuk itu, mereka mulai mengambil langkah-langkah hati-hati guna mencegah lonjakan tiba-tiba ini.
BACA JUGA:Edison-Sumarni Resmi Mendaftar ke KPU Muara Enim, Membangun Harapan Baru untuk Serasan Sekundang
BACA JUGA:Usai Deklarasi, Fitri-Nandri Tunggangi Kuda Mendaftar Peserta Pilkada Palembang 2024
Beberapa tindakan yang diambil oleh People’s Bank of China (PBOC) termasuk melakukan survei pasar untuk menilai tekanan yang ada.
Serta melonggarkan beberapa regulasi terkait impor emas serta posisi perdagangan yuan bagi beberapa bank tertentu.
Langkah ini dilakukan dengan mempertimbangkan adanya akumulasi posisi short yuan spekulatif selama periode penurunan mata uang ini sejak awal 2023.