Melesatnya Industri Alat Angkut Indonesia 2024: Kontribusi Besar dan Tantangan yang Harus Dihadapi

Minggu 28-07-2024,17:30 WIB
Reporter : Muhadi Syukur
Editor : Muhadi Syukur

BACA JUGA:Mobil Mirip Hewan: Modifikasi Kendaraan Otomotif yang Unik dan Langka

 

Stimulus dan Inisiatif Pemerintah

Merujuk kajian akademisi dari LPEM UI, stagnasi penjualan mobil di Indonesia dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan program untuk menstimulasi pembelian mobil baru, dengan tetap memperhatikan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon.

Program sebelumnya, seperti pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP), telah meningkatkan volume penjualan. Implementasi PPnBM DTP pada 2021 mendorong penjualan hingga 887 ribu unit, dibandingkan dengan 532 ribu unit pada 2020. Pada 2022, volume penjualan mencapai 1,048 juta unit, lebih tinggi dari angka penjualan sebelum pandemi pada 2019 yang sebesar 1,03 juta unit.

 

Peningkatan Daya Saing dan Inovasi

Untuk meningkatkan penjualan mobil baru, pemerintah dapat memberikan insentif fiskal bagi kendaraan yang diproduksi di dalam negeri. Insentif ini diberikan kepada kendaraan dengan persyaratan local purchase atau TKDN tertentu dan mengutamakan jenis-jenis kendaraan rendah emisi karbon.

BACA JUGA:Produsen Mobil Eropa Resah Atas Tarif Impor Baru Uni Eropa dan Ancaman Balasan dari Tiongkok

Pengendalian suku bunga juga dapat menjadi langkah untuk mendorong masyarakat membeli kendaraan roda empat baru. Pelonggaran suku bunga untuk pembelian mobil baru secara kredit dapat menjadi salah satu opsi untuk mengembalikan minat masyarakat.

 

Prospek dan Tantangan

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menyebutkan bahwa penjualan mobil turun 21 persen menjadi 334 ribu unit per Mei 2024. Hal ini dipicu oleh kenaikan suku bunga global, lonjakan NPL, dan pengetatan pemberian kredit dari perusahaan pembiayaan.

 

Solusi Jangka Panjang dan Pendek

Pengamat otomotif LPEM UI, Riyanto, mengusulkan dua solusi untuk mengatasi stagnasi pasar mobil: jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi nasional perlu ditingkatkan menjadi 6% per tahun melalui reindustrialisasi. Dalam jangka pendek, pemerintah perlu merilis stimulus fiskal agar kelompok upper middle yang hampir masuk kategori affluent dapat membeli mobil baru, misalnya melalui diskon PPnBM bagi kendaraan LCGC dan low MPV 4x2.

Kategori :