Museum Timah Tanjung Pandan tidak muncul begitu saja. Gagasan pendirian museum ini pertama kali digagas oleh DR. Osberger, seorang geologis asal Belgia, pada tahun 1963.
DR. Osberger, yang bekerja untuk PT. Timah, Tbk, ingin memastikan bahwa kisah pertambangan timah di Belitung tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Setelah kepemilikan museum beralih kepada Pemerintah Daerah, Museum Timah Tanjung Pandan awalnya bernama Museum Geologi.
Namun, atas gagasan Menteri Perindustrian Dasar dan Pertambangan RI, Dr. Chaerul Saleh, nama museum ini diubah menjadi Museum Tanjungpandan.
Keputusan untuk memindahkan lokasi museum dari Kelapa Kampit ke Tanjungpandan dilakukan oleh Ir. MEA Apitule, Direktur Utama Penambangan Timah Belitung, karena pertimbangan aksesibilitas dan lokasi yang lebih strategis.
Museum Timah Tanjung Pandan memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung pengalaman pengunjung.
Area parkir, toilet, warung, playground, dan kebun binatang kecil merupakan fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung.
Keberadaan beberapa restoran dan penginapan di sekitar museum juga memberikan kenyamanan ekstra bagi para wisatawan yang ingin mengeksplorasi lebih banyak.
Lokasi strategis Museum Timah Tanjung Pandan memudahkan akses bagi para pengunjung. Berlokasi di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpandan, museum ini juga dekat dengan objek wisata Pantai Tanjungpendam yang merupakan kawasan kota tua.
Dengan jarak hanya 1 km dari pusat Kota Tanjung Pandan, museum ini sangat mudah dijangkau, baik dari pusat kota maupun dari Bandara H. A. S. Hanandjoeddin yang hanya membutuhkan waktu sekitar 26 menit perjalanan.
Dengan akses yang mudah dan tarif yang terjangkau, Museum Timah Tanjung Pandan tidak hanya menjadi tempat wisata sejarah, tetapi juga menjadi destinasi yang ramah untuk semua kalangan.
Dengan melibatkan pengunjung dalam pengalaman mendalam, museum ini terus menjaga warisan sejarah dan kekayaan alam Pulau Belitung.*