PALEMBANG. PALTV.CO.ID - Perum Bulog telah menandatangani kontrak impor beras sebanyak 1 juta ton dari kuota tambahan penugasan sebesar 1,5 juta ton dari empat negara. Keempat negara tersebut adalah Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar.
Mokhamad Suyamto, Direktur Rantai Pasokan dan Pelayanan Publik Perum Bulog, menyatakan bahwa penambahan ini dilakukan sebagai langkah untuk memperkuat cadangan beras pemerintah hingga tahun 2024.
Ia menegaskan bahwa Bulog akan melakukan impor beras dari negara mana pun yang memenuhi semua persyaratan standar.
Suyamto juga menjelaskan bahwa meskipun pemerintah memberikan tambahan kuota penugasan impor sebesar 1,5 juta ton, pelaksanaannya akan disesuaikan dengan kebutuhan penyaluran dalam negeri.
BACA JUGA:Gapki Prediksi Harga Minyak Sawit Kemungkinan Besar Menguat pada Tahun 2024
Saat ini, stok beras yang dikelola oleh Bulog mencapai 1,45 juta ton. Dengan tambahan penugasan impor baru, stok tersebut akan lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan penyaluran hingga tahun depan, dengan tujuan menjaga stabilitas harga beras.
Suyamto mengatakan bahwa pihaknya juga secara intensif memantau harga beras saat ini. Kenaikan harga beras disebabkan oleh faktor-faktor eksternal dan internal, seperti El Nino dan situasi dalam negeri yang memasuki musim tanam.
Namun, ia menjamin bahwa pemerintah akan memastikan ketersediaan beras dengan harga terjangkau bagi masyarakat.
Hingga saat ini, Bulog telah menyuplai beras dalam operasi pasar atau stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) di seluruh Indonesia sebanyak 885 ribu ton. Upaya stabilisasi ini akan berlanjut hingga harga beras di pasar mencapai stabilitas.
Selain itu, Bulog juga sedang mendistribusikan beras bantuan pangan untuk bulan September, Oktober, dan November, dengan total sebanyak 641 ribu ton kepada masyarakat kurang mampu di seluruh Indonesia.
Indonesia telah melakukan impor beras giling pertama kali dari Kamboja sebanyak 3.500 ton, yang tiba di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, pada Kamis (2/11).
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyatakan bahwa pengiriman ini akan menguntungkan kedua negara. Dia menekankan bahwa ekspor komoditas tersebut ke Indonesia akan membantu meningkatkan volume ekspor Kamboja dan berkontribusi pada kesejahteraan petani.
Sebanyak 3.500 ton beras putih diekspor ke Indonesia dalam pengiriman perdana ini, setelah Indonesia sepakat untuk membeli 125.000 ton beras giling dari Kamboja pada bulan Agustus.
BACA JUGA:Perbankan Semakin Giat dalam Penyaluran Kredit Hijau, Siapa yang Terbesar?
Kamboja telah mengekspor total 456.581 ton beras giling ke 57 negara dan wilayah selama sembilan bulan pertama tahun 2023, menghasilkan pendapatan sebesar US$327,4 juta, menurut Federasi Beras Kamboja.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa beras impor ini merupakan bagian dari Cadangan Pangan Pokok (CPP) yang harus dimiliki oleh Perum Bulog.
Presiden Joko Widodo juga telah meminta agar bantuan pangan beras kepada masyarakat yang rentan terus berlanjut, dan menargetkan bahwa stok beras di Bulog minimal mencapai 1 juta ton pada akhir tahun 2023.
Arief menyatakan bahwa stok beras dari Kamboja yang baru tiba merupakan hasil pertimbangan yang matang dan komprehensif.
BACA JUGA:OJK Berencana Meningkatkan Modal dan Ekuitas di Perusahaan Pegadaian, Ini Penjelasannya
Ia memastikan bahwa beras impor ini akan digunakan untuk program-program pemerintah, seperti intervensi pasar dan bantuan kepada masyarakat.*