PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Pempek dak Becuko Apo Lemaknyo?. Ungkapan ini sering dilontarkan betapa pentingnya cuko pempek pada makanan khas Palembang yang satu ini.
Cuko pempek adalah saus atau kuah pedas yang sangat penting dalam penyajian makanan khas pempek Palembang.
Saat mencicipi pempek yang dijual di berbagai tempat di luar kota Palembang, seringkali kita menemukan cuko yang terasa encer dan kurang memuaskan.
Bagi pecinta pempek, cuko yang kental, legit, dan nendang adalah impian. Untuk itu, mari kita temukan cara untuk membuat cuko pempek yang lezat dan otentik.
BACA JUGA:Perihkan Mata, Kabut Asap Kembali Kepung Kota Sekayu pada Senin Malam
Bahan utama membuat cuko adalah gula merah. Nah, di Sumsel gula merah terkenal dan bagus biasanya diproduksi dari kota Lubuklinggau atau kota Curup. Gula Merah Linggau terkenal pekat dan tidak pahit serta tekstur yang tidak alot.
Cara membuat cuko, terletak pada jenis gula merah. Biasanya terbuat dari pohon Aren yang dicetak di batok kelapa. Pilih gula merah yang berwarna coklat pekat atau orang Palembang menyebutnya Gulo Batok atau Gulo Abang.
Pentingnya perbandingan gula merah dan air, salah satu rahasia utama cuko pempek yang lezat adalah perbandingan gula merah dan air yang seimbang, yaitu 1:1. Dengan perbandingan ini, Anda akan mendapatkan cuko yang lebih pekat dan legit.
Tambahkan Ebi Sangrai. Ebi yang telah disangrai dan dihaluskan adalah salah satu kunci kelezatan cuko pempek yang nendang di lidah. Pastikan Anda tidak melewatkan langkah ini.
BACA JUGA:Kabar Gembira! TikTok E-commerce Siap Meluncur, HRD Sedang Mencari Pegawai, Berminat ?
Jangan mencoba menggantinya dengan terasi, karena rasanya akan jauh berbeda.
Banyak Bawang Putih. Jangan pelit dalam menggunakan bawang putih. Aroma bawang putih adalah salah satu ciri khas cuko pempek yang otentik.
Berikut resep sederhana untuk cuko pempek yang kental dan otentik yang bisa Anda coba:
Bahan: 500 gram gula merah, 500 ml air, 3 sendok makan asam jawa dan 1 sendok makan ebi sangrai, haluskan.
BACA JUGA:Memahami Makna Panggilan 'Habib', dan Sejarah Keturunan Nabi Muhammad di Indonesia