Mulai Oktober! BI Berikan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial ke Perbankan Pemberi Kredit Rumah
Mulai Oktober! BI Berikan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial ke Perbankan Pemberi Kredit Rumah--free pik.com
PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Bank Indonesia (BI) memberikan dukungan kepada perbankan berupa pemberian Kebijakan insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Pemberian KLM ini dimaksudkan untuk kredit perumahan, karena salah satu sektor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi tanah air. Demikian diungkapkan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destri Damayanti (4/10)
Destry menjelaskan bahwa sektor properti menjadi tulang punggung ekonomi, dan ketika ekonomi mulai pulih, sektor properti adalah yang pertama tumbuh dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sektor ini juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain, termasuk penciptaan lapangan kerja.
Hal ini terungkap dalam Seminar Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM): Insentif untuk Kredit/Pembiayaan Sektor Perumahan di Hotel Four Seasons, Jakarta, pada Rabu (4/10/2023).
Bank Indonesia (BI) mengamati bahwa kinerja sektor properti di China saat ini sedang menurun akibat tekanan global, tetapi Indonesia mampu untuk melakukan ekspansi.
Seperti yang tercermin dari pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang mencapai angka 10 persen per Agustus 2022. Capaian
ini meningkat dari posisi akhir tahun 2022 yang hanya tumbuh sebesar 8,17 persen. Selanjutnya, Destry menjelaskan bahwa saat ini pangsa pasar tipe rumah menengah (tipe 21-70) menjadi incaran di Indonesia.
BACA JUGA:Cristiano Ronaldo Berhasil Mencetak Gol Pertamanya di Liga Champions Asia untuk Al Nassr
Meskipun kontribusi terbesar masih berasal dari rumah dengan tipe di atas 70.
"Ternyata sekarang, sekitar 70 persen dari penduduk Indonesia adalah generasi Y dan Z yang masih muda. Kelompok-kelompok ini lebih tertarik pada tipe rumah 21-70 dengan harga sekitar Rp500 juta," lanjutnya.
Hal ini juga sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Real Estate Indonesia (REI), di mana kredit konsumsi untuk kelompok muda tersebut tumbuh sebesar 17,18 persen, sementara tren kredit konsumsi pada generasi lainnya menurun.
Destry menjelaskan bahwa hal ini sangat masuk akal karena kelompok ini memiliki pendapatan yang akan datang di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber