Misteri Hantu Pirau, Kisah Legendaris dari Jambi Hingga Menjadi Catatan Eksplorasi Marco polo Tahun 1292
Misteri Hantu Pirau, Kisah Legendaris dari Jambi Hingga Menjadi Catatan Eksplorasi Marco polo Tahun 1292-- ilustrasi. youtube.com/@IRPAN dan IRMA
PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Provinsi Jambi, yang kaya akan budaya dan cerita rakyat, menyimpan sebuah cerita mistis yang menyeramkan, yaitu kisah Hantu Pirau.
Kisah hantu Pirau terkenal hingga menjadi bagian dari catatan eksplorasi Marco Polo pada tahun 1292. Namun, cerita ini telah ada jauh sebelumnya dan menjadi bagian penting dari warisan budaya Jambi.
Kisah Hantu Pirau ini sering kali terdengar melalui lirik sebuah lagu daerah Jambi yang masyhur: "yang paling unik, orangnya pendek kaki terbalik."
Cerita ini bermula pada zaman raja pertama Jambi yang berasal dari India, sebuah negeri yang disebut Keling.
BACA JUGA:Jatanras Polda Sumsel Backup Polres Muratara Tangkap Pelaku Pembunuhan Adik Bupati Muratara
Pada suatu waktu, negeri Jambi dihebohkan oleh berita tentang makhluk misterius yang disebut Hantu Pirau. Orang-orang menjadi takut dan enggan keluar rumah.
Hantu Pirau adalah makhluk yang seringkali menakuti anak-anak saat bermain, bahkan mengganggu bayi yang sedang tidur.
Makhluk ini memiliki kecenderungan untuk menghampiri anak-anak, tetapi reaksi anak-anak adalah ketakutan dan tangisan. Para orang tua merasa terganggu oleh perilaku makhluk ini.
Para pemimpin masyarakat, yang disebut sebagai dubalang dari tujuh koto, sembilan koto, dan batin dua belas, mencoba berbagai mantra untuk mengusir Hantu Pirau.
BACA JUGA:Adik Bupati Muratara Korban Pembunuhan Dimakamkan di TPU Kebun Bunga Palembang
Tetapi semua upaya mereka sia-sia. Makhluk ini justru semakin aktif dan lebih sering lagi mengganggu warga khsusnya anak-anak.
Akhirnya, para dubalang mencari pertolongan dari Raja Jambi. Mereka menceritakan tentang kehadiran Hantu Pirau yang mengganggu anak-anak. Sang raja mendengarkan dengan saksama dan memberikan instruksi yang tidak biasa.
"Sampaikan kepada seluruh warga untuk membuat lukah," kata raja tersebut. Lukah adalah alat untuk menangkap ikan.
Tentu saja, warga heran. Waktu yang tidak tepat untuk menangkap ikan, dan mengapa harus membuat lukah di atas bukit, bukan di sungai seperti biasanya?.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber